Foto Lagi Pipis Mendunia, Google Digugat
Situs pencari terbesar dunia, Google, kembali diperkarakan secara hukum.
TRIBUNNEWS.COM, PARIS - Situs pencari terbesar dunia, Google, kembali diperkarakan secara hukum.
Seorang pria di Prancis meradang pada Google. Sebab, fotonya yang sedang buang air kecil mendunia, setelah muncul di layanan peta Google Street View.
Merasa dipermalukan, Google akhirnya diperkarakan lewat jalur hukum.
"Dia merasa menjadi obyek olok-olok di tempat tinggalnya," tukas Jean Noel Bouillaud, pengacara pria yang menolak disebutkan identitasnya tersebut.
Foto itu memperlihatkan si pria sedang pipis di halaman rumahnya di sebuah desa di Prancis.
Dia tidak menyadari telah direkam oleh kamera Street View, layanan peta gratis dari Google yang memperlihatkan suasana suatu tempat dari dekat.
Seperti dikutip dari AFP, Selasa (5/3/2012), si pria itu menyeret Google ke meja hijau, karena dinilai melanggar privasi dan memublikasikan foto tanpa izin. Google pun diminta menghapus foto tersebut.
"Klien saya menyadari orang-orang di desanya melihat foto tersebut. Desanya kecil, dan semua orang mengenalinya. Dia jadi bahan tertawaan," imbuh Jean.
Sebelumnya, Prancis sudah mendenda Google sebesar 142 ribu dolar AS, karena mengumpulkan informasi privat di layanan tersebut.
Tuduhan Rasis
Ada-ada saja kekeliruan pemrograman di aplikasi Google Photos. Fitur penamaan otomatis di aplikasi tersebut salah mengenali foto dua orang berkulit hitam sebagai gorilla.
Seorang programmer bernama Jacky Alcine yang menemukan masalah tersebut saat sedang menggunggah foto-foto bersama kekasihnya. Alih-alih menemukan tag pemberian nama, foto-foto tersebut justru otomatis berkumpul dalam satu album yang diberi judul "Gorillas".
Tentu saja Alcine tersinggung dengan kekeliruan itu. Dia pun segera mengunggah bukti kekeliruan Google Photos dan berkicau protes pada Google melalui akun Twitter @jackyalcine miliknya. “Sampel gambar apa yang Anda kumpulkan sampai hasilnya jadi begini, nak?” keluhnya singkat.
Dilansir dari Wall Street Journal, Kamis (2/7/2015), Chief ArchitectGoogle Plus Yonatan Zunger pun langsung tanggap. Dia meminta maaf dan memerintahkan tim untuk memperbaiki masalah tersebut. “Astaga. G+ CA di sini. Tidak, ini bukan cara kami menyikapi target market. Hal seperti ini 100% tidak baik,” kicaunya melalui akun @yonatanzunger.
“Bolehkah kami melihat data di akun Anda, supaya bisa mengetahui bagaimana masalah itu terjadi?” imbuhnya. Dalam hitungan jam, masalah tersebut pun diperbaiki. Zunger kemudian berjanji akan mengirimkan pembaruan aplikasi untuk memperbaiki bug tersebut.
Google memang membuat aplikasi tersebut bisa mengelompokkan dan memberi nama album secara otomatis. Mereka melakukannya memakai kecerdasan buatan yang diajari mengenali objek melalui sampel foto.
Singkatnya, jika pengguna mengunggah foto-foto bertema gedung pencakar langit, maka akan menemukan satu album yang diberi nama “Skyscrappers” atau gedung pencakar langit dalam bahasa Inggris.
Menurut Zunger, kekeliruan tersebut terjadi karena fitur facial recognition milik mereka salah menganalisa tone kulit dalam sebuah foto. “Kami juga pernah menemukan orang lain yang keliru di-tag sebagai anjing,” pungkasnya.