Menlu Marty Dapat Gelar Doktor HC dari Universitas Australia
Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang Hubungan Internasional dari Universitas
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menerima gelar Doktor Honoris Causa di bidang Hubungan Internasional dari Universitas Macquarie, Australia.
Gelar itu diberikan oleh Rektor Chancellor Michael Egan dalam sebuah upacara di Kampus Universitas Mackquarie di Sydney Australia, Senin (15/07/2013).
Gelar yang sama juga diberikan kepada Menlu Australia, Bob Carr.
Gelar penghargaan kepada kedua Menlu tersebut, menurut pemberitaan di situs Kementerian Luar Negeri, merupakan bentuk pengakuan atas capaian dan kontribusi masing-masing kedua menlu di bidang hubungan internasional serta atas berbagai upayanya dalam memastikan terciptanya hubungan harmonis secara bilateral dan dalam kerangka regional.
Ketika memberikan kata sambutan, Marty mengatakan dirinya merasa terhormat dan bangga atas gelar yang diberikan kepadanya. Meski gelar doktor kehormatan dianugerahkan kepadanya sebagai seorang individu, namun, penghargaan itu merupakan pengakuan terhadap keseriusan dan ketulusan upaya Indonesia dalam meningkatkan perdamaian dan kesejahteraan internasional.
Selain itu, penghargaan tersebut merupakan cerminan dari hubungan dan persahabatan yang istimewa yang menyatukan Indonesia dan Australia.
"Persahabatan yang semakin kukuh dimana kedua negara saling membantu, mendukung satu sama lain dalam menghadapi berbagai bencana alam, tindakan terorisme dan tantangan-tantangan bersama lainnya. Kedua negara secara bersama mengubah tantangan-tantangan yang dapat memecah belah menjadi sesuatu yang justru dapat mempersatukan," ujarnya.
Menghadapi tantangan-tantangan di kawasan, Menlu Marty menawarkan tiga pendekatan utama.
“Pertama, kita hendaknya dapat mengubah “defisit kepercayaan” menjadi sebuah kemitraan strategis. Kedua, kita hendaknya memperkuat komitmen untuk menyelesaikan sengketa dengan cara-cara damai. Ketiga, kita hendaknya menghadapi pergeseran dan perubahan geopolitik dengan mendorong terciptanya paradigma baru dalam hubungan antar negara. Suatu hubungan yang dapat mempromosikan suatu “ekuilibrium dinamis”. Kata "dinamis" mencerminkan suatu pengakuan bahwa perubahan di suatu kawasan adalah suatu keniscayaan," tuturnya.
Dalam kaitan ini, Indonesia beber Marty senantiasa siap-sedia untuk bekerjasama membentuk suatu traktat Asia-Pasifik, ataupun Indo-Pasifik, yang lebih luas mengenai persahabatan dan kerjasama.
“Sebuah traktat, yang sejenis seperti Traktat Persahabatan dan Kerjasama di Asia Tenggara, yang secara legal sangat instrumental dalam evolusi kawasan tersebut menjadi sebuah kawasan yang damai dan bahkan saat ini sedang menuju kearah komunitas. Sebuah traktat yang memperkuat komitmen yang telah dinyatakan oleh negara-negara peserta KTT Asia Timur melalui apa yang disebut sebagai "Bali Principles" mengenai Prinsip-prinsip Kerja Sama yang Saling Menguntungkan yang telah disepakati di tahun 2011,” ucapnya.