Takut Perang Saudara, Aksi Demonstrasi Besar-besaran di Thailand Batal
Pemimpin gerakan yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah Thailand, mengatakan ia akan membatalkan
Editor: Widiyabuana Slay
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin gerakan yang berusaha untuk menggulingkan pemerintah Thailand, mengatakan ia akan membatalkan aksi demonstrasi besar-besaran yang direncanakan pada pekan depan, jika hal itu akan memicu perang saudara.
Walau demikian Suthep Thaugsuban, mengatakan pihaknya menolak berkompromi dengan pemerintah Thailand.
Hal itu dikatakannya setelah para pendukung Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, atau yang disebut sebagai kelompok Kaus Merah menggelar aksi dukungan kepadanya di hari Minggu (12/1/2014), di luar kota Bangkok.
"Jika itu menjadi perang saudara, saya akan menyerah. Kehidupan rakyat sangat berharga bagi saya," ujarnya seperti dikutip dari Asiaone.com.
Konflik antara kelas menengah dan royalis Bangkok semakin meradang. Konflik yang sudah berlangsung selama delapan tahun itu berlangsung selama pemerintahan keluarga Shinawatra, dari Thaksin yang digulingkan dalam kudeta militer pada tahun 2006 hingga pemerintahan adiknya, Yingluck saat ini.
Demonstran anti-pemerintah menuding Yingluck dan kakaknya, melakukan korupsi.
Untuk menghindari terjadinya konflik, Yingluck membubarkan Parlemen, dan mempercepat pengadaan pemilihan umum (pemilu), pada 2 Februari 2014, mendatang.
Pemerintah akan mengerahkan 10.000 polisi untuk menjaga hukum dan ketertiban dalam aksi demonstrasi besar-besaran demonstran anti-pemerintah di hari Senin, bersama dengan 8.000 tentara yang akan digunakan untuk melindungi gedung-gedung pemerintah.