Voice Recorder Sengaja Dimatikan untuk Menghilangkan Jejak
Tito memberi dua contoh kasus dugaan adanya keterlibatan kru pesawat yang bertujuan bunuh diri dalam kecelaan penerbangan.
Penulis: Domu D. Ambarita
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Domu Ambarita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pilot senior Indonesia, Tito Ariyanto menduga pilot Malaysia Airlines bunuh diri. Untuk menguatkan dugaannya, Tito memberi dua contoh kasus dugaan adanya keterlibatan kru pesawat yang bertujuan bunuh diri dalam kecelaan penerbangan.
Contoh pertama, terjun bebasnya pesawat Boeing 737 milik Silk Air, anak perusahaan Singapore Airlines, ke Sungai Musi, Palembang, Sumatra Selatan, 19 Desember 1997. Penerbangan berkode MI 185 tersebut terbang dari Jakarta menuju Singapura.
Enam keluarga mewakili seluruh 104 korban penumpang tewas dalam kecelakaan peswat tersebut menggugat Silk Air di pengadilan Singapura. Keluarga para korban menuntut Silk Air membayar ganti rugi kepada korban.
Pengacara yang mewakili korban, Michael Khoo, mengajukan sebuah dugaan adanya unsur kesalahan dan kesengajaan mengarah pada bunuh diri sehingga pesawat jatuh dalam posisi moncong pesawat menghunjam ke dalam air Sungai Musi di Palembang, Sumatera Selatan.
Khoo menuduh pilot pesawat, Tsu Way Ming yang menerbakan Silk Air, bernomor penerbangan MI185 sengaja mamatikan voice recorder di cockpit dan data rekaman penerbangan untuk menghilangkan jejak bahwa dia sebagai penyebab kecelakaan.
Tapi hakim Tan Lee Meng mengatakan tidak ada bukti kuat yang mengarah pada tuduhan tersebut, bahkan kotak hitam pesawat pun tidak menunjukkan adanya tujuan `bunuh diri` itu. Disebutkan, pilot pesawat mematikan proses recording karena kegagalan sistim elektronik dalam pesawat.
Tito Ariyanto pun mengingatkan satu penerbangan kargo, FedEx, tahun 1994. Saat itu, karyawan Auburn Calloway yang putus asa setelah dipecat dari perusahaan berusaha membajak pesawat. Ia bermaksud memanfaatkan pesawat untuk dihantamkan ke markas besar FedEx, mirip peristiwa WTC, 11 September 2001.
Dia bekerja sebagai teknisi, dan berusaha membunuh pilot dan kopilot di kokpit. Dalam keadaan luka-luka parah, pilot dan kopilot berhasil mendaratkan pesawat secara darurat.