PM Malaysia: Pencarian MH370 Merupakan Tantangan 'Raksasa'
Najib mengatakan, pencarian MH370 mungkin merupakan misi terbesar untuk menemukan sebuah pesawat terbang.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, PERTH - Malaysia tidak akan tinggal diam sampai dapat memberikan jawaban kepada keluarga para penumpang pesawat Malasyia Airlines MH370 tentang nasib orang-orang terkasih mereka, kata Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak, di Pert, Australia, Kamis (3/4/2014).
Ia mengakui pencarian pesawat itu merupakan sebuah tantangan "raksasa". Upaya internasional untuk menemukan tanda-tanda keberadaan pesawat Malaysia Airlines yang hilang pada 8 Maret lalu sejauh ini gagal. Namun koordinator pencarian, yaitu Australia, mengatakan tidak ada rencana secepatnya untuk meninggalkan operasi itu.
"Kami berutang kepada keluarga yang berduka untuk ... memberi mereka kenyamanan dan penyelesaian terhadap peristiwa tragis ini dan dunia mengharapkan kami untuk melakukan yang terbaik," kata Najib saat berkunjung ke pusat operasi pencarian pesawat itu di Perth.
"Kami ingin mencari jawaban. Kami ingin memberikan kenyamanan kepada keluarga dan kami tidak akan berhenti sampai jawaban ditemukan."
Najib mengatakan, pencarian pesawat Boeing 777 itu mungkin merupakan misi terbesar yang pernah ada untuk menemukan sebuah pesawat terbang dan ia yakin hal itu akan memberikan jawaban atas misteri yang membingungkan itu.
"Saya sangat yakin dengan tingkat profesionalisme... sehingga pada waktunya kami akan menyelesaikan tragedi ini," katanya sambil mengucapkan terima kasih mereka yang terlibat dalam tugas raksasa itu.
"Saya tahu itu merupakan tugas yang menakutkan dalam cuaca yang sangat buruk, dalam keadaan yang sangat menantang dan Malaysia sangat berterima kasih atas keberanian dan komitmen Anda."
Malaysia yakin, pesawat yang membawa 239 orang itu jatuh di Samudera Hindia bagian selatan di lepas pantai Perth. Meskipun telah dilakukan pencarian luas di daerah terpencil itu, sejauh ini belum puing-puing pesawat itu yang telah ditemukan.
Penanganan Kuala Lumpur atas krisis itu telah banyak dikritik, terutama oleh para kerabat dari 153 penumpang asal China.