Israel Pertimbangkan Rencana Gencatan Senjata di Gaza
Kabinet Israel diperkirakan akan bertemu Jumat (25/7/2014) ini untuk membahas sebuah proposal gencatan senjata di Gaza.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JERUSALEM - Kabinet Israel diperkirakan akan bertemu Jumat (25/7/2014) ini untuk membahas sebuah proposal gencatan senjata di Gaza yang diberikan kepada negara Yahudi itu dan musuhnya Hamas. Demikian pemberitaan radio publik Israel.
"Jika Hamas menerima usulan Amerika itu, bukan tidak mungkin bahwa akan ada keputusan dari Israel untuk menerimanya juga," kata radio itu yang mengutip seorang sumber senior Israel yang tidak mau disebutkan namanya.
Pemimpin Hamas di pengasingan, Khaled Meshaal, mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara Kamis bahwa gencatan senjata harus mencakup jaminan berakhirnya blokade Israel selama delapan tahun di Jalur Gaza.
"Kami menginginkan gencatan senjata sesegera mungkin, hal itu harus paralel dengan pencabutan pengepungan Gaza," katanya.
"Kami menginginkan sebuah bandara, sebuah pelabuhan laut, kami ingin membuka diri terhadap dunia. Kami tidak ingin dikendalikan sebuah penyeberangan perbatasan yang membuat Gaza menjadi penjara terbesar di dunia," katanya.
Harian Haaretz mengatakan, pertemuan kabinet Israel akan dimulai pada pukul 13.30 waktu setempat (atau 17.30 WIB) di Tel Aviv. Tidak ada konfirmasi resmi tentang hal itu. Israel secara tradisional tidak mengomentari rapat kabinet terkait masalah keamanan atau bahkan mengakui bahwa pertemuan sedang terjadi.
"Upaya-upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata di Jalur Gaza sedang mendekati titik kritis," tulis Haaretz. "Seorang pejabat senior Israel mengatakan, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, telah menyusun sebuah proposal gencatan senjata baru dan menyodorkan hal itu kepada kedua belah pihak."
Baik Haaretz maupun radio itu mengatakan, usulan tersebut termasuk gencatan senjata beberapa hari dimana tentara Israel tetap dapat melanjutkan operasi darat di Jalur Gaza guna menghentikan pembangunan terowongan oleh militan Palestina.
"Selama waktu tersebut, para pihak terlibat dalam sebuah negosiasi tidak langsung untuk mencapai sebuah perjanjian jangka panjang, dengan jaminan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat," kata Haaretz.
Laporan itu muncul setelah rudal Israel menghantam sebuah fasilitas PBB yang melindungi pengungsi warga Gaza. Serangan rudal itu menewaskan 15 orang dan mendorong Sekjen PBB Ban Ki-Moon mengatakan bahwa dia "terkejut" dengan insiden yang "menegaskan pentingnya pembunuhan berakhir dan berakhir sekarang".
Kerry, yang bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Rabu, saat ini berada di Kairo. Kerry sedang mengupayakan dukungan regional untuk menengahi berakhirnya pertumpahan darah di daerah itu.