Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Setiap Bulan masih Terjadi Insiden Rasial di Negeri Multirasial Brasil

Salah satu kendala memerangi rasisme adalah hukuman yang dianggap terlalu ringan bagi pelaku rasisme

Editor: Yudie Thirzano
zoom-in Setiap Bulan masih Terjadi Insiden Rasial di Negeri Multirasial Brasil
folhavitoria
Kiper klub Santos, Mário Lúcio Costa Duarte alias Aranha 

TRIBUNNEWS.COM, SAO PAULO - Insan sepak bola Brasil masih harus berjuang untuk memerdekakan mereka dari rasisme. Insiden bernuansa rasis kerap terjadi menimpa pemain, pelatih, wasit, fans hingga jurnalis di dalam maupun di luar pertandingan. Harian Folha mencatat ada 12 insiden rasialis yang terjadi sepanjang tahun hingga bulan Agustus 2014. Ini artinya ada lebih dari satu kasus rasial di sepak bola setiap bulannya.

Peristiwa paling hangat yang diliput media Brasil adalah teriakan rasisme pada kiper klub Santos, Mário Lúcio Costa Duarte, yang kerap disapa Aranha saat laga melawan Gremio di Piala Brasil. "Stinky nigger," teriak pendukung Gremio dalam laga di Porto Alegre 28 Agustus 2014.

Aranha bercerita kepada wartawan di akhir pertandingan. Saat itu tampak Aranha marah dan tertekan di ruang ganti. Maraknya insiden rasisme di negeri sepak bola itu memang membikin miris. Bagaimana tidak, Brasil adalah negeri yang dipenuhi oleh beragam etnis dan ras. Ini adalah salah satu negeri multiras yang besar di benua Amerika. Brasil berpenduduk 200 juta jiwa kini menikmati pertumbuhan ekonomi hingga menarik warga dari penjuru kontinen.

Salah satu kendala memerangi rasisme adalah hukuman yang dianggap terlalu ringan bagi pelaku rasisme. Bahkan saat para terlapor mengajukan banding ke Mahkamah Agung Olahraga (STJD), hukuman bisa lebih ringan lagi. Hukuman terberat adalah pengurangan tiga poin bagi tim yang dianggap melakukan rasisme.

Tim divisi 4, Bandeirante pernah dihukum 2000 BRL atau sekitar Rp10 juta untuk rasisme yang dilakukan penggemarnya. Saat laga di Kejuaraan Negara Bagian Sao Paulo, itu pendukung Bandeirante menyanyi lagu rasisme ditujukan pada Antonio Carlos Buião, pelatih tim Vocem. Pertandingan berlangsung di Birigui, satu pedesaan Sao Paulo, pada April 2014.

Pada bulan yang sama, gelandang Sao Bernardo, Marino mengatakan ia disebut "monyet" oleh para pendukung Paraná Clube, dalam pertandingan Piala Brasil (Copa do Brasil). Paraná Clube dijatuhi hukuman untuk kasus ini tetapi tidak kehilangan poin. Mereka menerima denda 30.000 BRL atau sekitar Rp150 juta. Klub mengajukan banding sehingga denda berkurang menjadi 15.000 atau sekitar Rp75 juta.

Berita Rekomendasi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas