Dilarang Keluar Rumah, Warga Serang Pengubur Jenazah Korban Ebola
Mereka menolak larangan keluar rumah, kebijakan terkait penanganan wabah Ebola.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, FREETOWN - Sekelompok warga menyerang tim pengubur jasad korban Ebola di Desa Matainkay, tiga mil dari Distrik Waterloo, Freetown, Sierra Leone, Sabtu (20/9/2014). Mereka menolak larangan keluar rumah, kebijakan terkait penanganan wabah Ebola.
Pemerintah Sierra Leone mengeluarkan perintah tersebut kepada enam juta warganya untuk mencegah penyebaran virus ebola, berlaku sejak Jumat (19/9/2014). Warga yang tinggal di rumah kemudian didatangi para sukarelawan yang memberikan edukasi soal Ebola, mengisolasi warga yang terjangkit, dan memindahkan jasad korban meninggal karena Ebola.
Sebagian besar warga mematuhi perintah yang diumumkan oleh Presiden Ernest Bai Koroma pada awal pekan lalu itu. Hal itu terlihat pada hari kedua aturan dijalankan. Jalanan terlihat lengang, menyisakan lalu lalang ambulans dan mobil polisi.
Claude Kamanda, seorang anggota parlemen Waterloo, mengatakan para penyerang kabur ketika polisi bersenjata datang mendampingi tim pengubur. Komandan polisi unit setempat Superintendent Mustapha Kamara mengatakan, mengirimkan bala bantuan ke Matainkay setelah beberapa pemuda setempat berusaha mengacaukan penguburan jasad korban Ebola.
Kamara juga menginstruksikan kepada tim pengubur agar selalu berhubungan dengan pasukannya untuk memberikan pengamanan yang lebih ketat bila dibutuhkan.
Meski bertujuan jelas untuk memutus rantai penyebaran wabah Ebola, program mengunci diri untuk warga Sierra Leone ini tak urung juga menuai kritik. Menurut para pengritiknya, kebijakan tersebut dapat memicu kekurangan pangan dan menyebabkan warga menyembunyikan jasad orang yang tertular Ebola.
Liberia, negara tetangga Sierra Leone, sempat menerapkan kebijakan karantina sementara dan jam malam pada bulan lalu. Namun, aturan tersebut telah dicabut oleh Pemerintah Liberia karena protes dari warganya.
Namun, para sukarelawan Ebola di Sierra Leone menilai kebijakan kunci diri ini berjalan efektif. Mereka mengaku mendapat panggilan bertubi-tubi melalui hotline khusus Ebola selama dua hari kebijakan kunci diri diterapkan.
Virus Ebola telah menjangkiti sedikitnya 5.357 orang di Afrika bagian barat, terutama Sierra Leone, Guinea, dan Liberia, pada sepanjang 2014. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tak kurang dari 2.630 meninggal akibat penyakit ini, per pekan pertama September 2014, dengan 562 di antaranya berasal dari Sierra Leone.