Ketua MUI: Haji Mabrur adalah Modal Sosial Budaya bagi Bangsa
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof DR Din Syamsuddin, mengajak jamaah haji mendoakan bangsa dan negara Indonesia
Editor: Sugiyarto
Laporan WSartawan Kaltim Kholish Chered dari Arab Saudi
TRIBUNNEWS.COM, MAKKAH- Puncak haji tahun 1435 Hijriyah jatuh pada hari Jumat 3 Oktober 2014. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof DR Din Syamsuddin, mengajak jamaah haji mendoakan bangsa dan negara Indonesia agar selalu dalam keberkahan dan terbebas dari malapetaka.
"Alhamdulillaah tahun ini ditandai wukuf hari Jumat sehingga ada yang menyebut haji akbar. Saya berpendapat semua haji itu akbar. Tapi yang penting hari Jumat dikenal sebaik-baiknya, semulia-mulianya hari. Semoga semua jamaah haji bisa memanfaatkan di padang Arafah, berdoalah banyak-banyak, berdzikirlah," kata Din disela-sela kunjungan ke pemondokan jamaah haji di Makkah, Minggu (28/9/2014).
Din secara khusus meminta para jamaah haji mendoakan bangsa dan negara Indonesia. Kalau 168 ribu jamaah haji mendoakan, Din yakin bangsa Indonesia akan selalu berada dibawah lindungan-Nya.
"Jangan lupa berdoa untuk bangsa Indonesia. Agar tetap bersatu dalam kemajemukan, bebaskan dari malapetaka dan marabahaya. Kalau doa 168 ribu lebih jamaah haji Indonesia di padang Arafah, bangsa kita Insya Allah mabrur," doanya. "Aamiin," sambut puluhan jamaah haji yang mengelilinginya.
Din mendoakan para jamaah menjadi haji mabrur. Din berpesan kepada para jamaah agar melanjutkan kebiasaan baik di Tanah Suci, misalnya rajin ibadah dan sedekah.
"Kalau jutaan jamaah haji betul-betul menjadi haji mabrur, ini modal sosial budaya (social and cultural capital) bagi kita," kata Din menegaskan keyakinan Indonesia akan terus menjadi Bangsa yang berakhlak mulia.
Din juga mengingatkan Kemenag untuk mempersiapkan puncak haji yakni pada saat Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
"Puncak ibadah haji Wukuf di Arafah, Mabit di Mina, dan lempar jamarat itu medan yang sangat berat. Saya sarankan dilakukan persiapan-persiapan. Melihat perencanaan menggunakan pendekatan militer bagaimana operasionalnya saya kira cukup baik, tinggal bagaimana eksekusi di lapangan," katanya.
Din mengapresiasi kinerja semua petugas haji yang sudah mempersiapkan diri jelang Armina. Termasuk simulasi dan koordinasi yang digelar tiap hari untuk persiapan Armina.
"Wawasan ibadah jamaah juga semakin bertambah, berkat bimbingan di dalam negeri. Memang ada beberapa orang tua yang rentan terhadap keadaan," lanjut Din.
Terakhir, Din berharap Kemenag memberi jalan tengah terkait perbedaan keyakinan jamaah terkait mabit sebelum (tarwiyah) atau sesudah ke Arafah.
"Yang paling penting haji itu Arafah karena itu semua harus ada di Arafah dan saya mendengar ada rencana safari wukuf , karena itu yang menentukan keabsahan. Yang lain rukun dan wajib kalau darurat bisa ditoleransi," katanya. (*)