Latar Belakang Dalang Pembantaian 'Charlie Hebdo' Akrab dengan Kegiatan Terorisme
Kedua kakak beradik pelaku pembantaian di kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, memiliki catatan buruk di kepolisian Prancis.
Editor: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kedua kakak beradik pelaku pembantaian di kantor majalah satir Prancis, Charlie Hebdo, memiliki catatan buruk di kepolisian Prancis.
Said Kouachi (34), dan adiknya, Cherif Kouachi (33), ditangkap di tahun 2005 karena menjadi anggota kelompok Buttes Chaumont yang rutin mengirimkan milisi ke Irak. Mereka biasa beroperasi di arondisemen ke-19, kota Paris.
Cherif dijatuhi hukuman tiga tahun penjara di tahun 2008, dengan masa penangguhan selama 18 bulan, karena terbukti terlibat dalam kegiatan organisasi bawah tanah.
Ia berencana akan terbang ke Irak melalui Suriah, dan ditemukan bersama petunjuk penggunaan senjata AK-47, senjata laras panjang yang pada akhirnya ia pakai untuk menyerang kantor Charlie Hebdo.
Said juga ditangkap atas tuduhan yang sama, namun tak lama kemudian dibebaskan setelah sempat diinterogasi.
Namun sama seperti saudaranya yang diketahui menganut faham radikal setelah Perang Irak tahun 2003 meletus, mereka marah atas pembunuhan kaum Muslim oleh tentara Barat.
Setelah bebas dari penjara, Cherif kembali aktif dalam kegiatan bawah tanah. Di tahun 2010 ia terlibat dalam rencana untuk membebaskan Smain Ait Ali Belkacem, dalang pemboman stasiun St Michel di Paris di tahun 1995.
Belkacem merupakan anggota GIA, atau Tentara Islam Bersenjata yang berbasis di Aljazair. Mereka bertanggung jawab atas sejumlah serangan teror, termasuk pemboman di St Michel, dimana menewaskan 8 orang dan melukai 100 orang lainnya.
Kouachi bersaudara, merupakan yatim piatu. Mereka dibesarkan di sebuah panti asuhan di Rennes, di Perancis barat. Setelah besar Cherif bekerja sebagai instruktur kebugaran sebelum pindah ke Paris.
Mereka kemudian tinggal di arondisemen ke-19 dan belajar ilmu agama di Farid Benyettou, yang kerap memberikan khotbah tentang jihad di Irak.
Kouachis bersaudara memiliki latar belakang yang nyaris sama dengan Mohammed Merah, pria keturunan Prancis-Aljazair berusia 23 tahun yang membunuh tujuh orang, termasuk empat orang Yahudi dan tiga tentara Muslim, di daerah Toulouse pada tahun 2012.
Merah mendapatkan pelatihan militer oleh Al-Qaeda di Afghanistan.