Wajah Pemimpin Hong Kong Tercetak di atas Kertas Toilet
Otoritas China menyita 7.600 rol kertas toilet. Bukan apa-apa, di atas kertas toilet tersebut tercetak wajah Kepala Eksekutif Hong Kong, CY Leung.
Penulis: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, HONG KONG - Otoritas China menyita tak kurang 7.600 rol kertas toilet. Bukan apa-apa, di atas kertas toilet tersebut tercetak wajah Kepala Eksekutif Hong Kong, CY Leung.
Dilansir Shanghaiist.com, Senin (9/2/2015), otoritas China daratan telah menyita kertas toilet tersebut dari pabrik tak terkenal di kawasan Shenzen, Jumat pekan lalu.
Partai Demokratik Hong Kong merencanakan menjual gulungan tisu bergambar CY Leung pada pesta pembukaan Tahun Baru Cina pekan ini. Penjualan tisu ini merupakan cara mengumpulkan dana untuk perjuangan politik mereka.
Sayangnya, hal yang sudah direncakan tersebut tidak bakal terjadi di China daratan. Sekitar 20 ribu paket baru yang dibanderol sekira 12.900 dolar Amerika juga berhasil diamankan otoritas China.
"Saya pikir pemerintah Cina hanya ingin menekan semua pendapat yang berbeda," kata Ketua Partai Demokratik Hong Kong Lam Cheuk Ting kepada AFP.
"Produk kami hanya semacam lelucon. Apa yang disajikan tidak bisa dianggap menyalahi keamanan nasional," kata Lam. "Ini adalah pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi."
Menurut laporan RTE News, Partai Demokratik Hong Kong merupakan partai terbesar prodemokrasi di selatan China. Aktivis prodemokrasi Hong Kong mengejek Leung dan menggambarkannya sebagai seorang drakula dan serigala.
China menjanjikan warga Hong Kong memiliki hak untuk memilih pemimpin atau Kepala Eksekutif Hong Kong sendiri untuk pertama kalinya pada 2017 nanti. Belakangan aktivis prodemokrasi mengkritik karena calon yang maju harus diperiksa komite pro-Beijing.
Menyoal ejekan terhadap Leung, bukan kali ini terjadi. Ekspresi kemarahan warga Hong Kong terhadap Leung, pemegang otoritas tertinggi di Hong Kong tersebut, pernah terjadi sebelumnya.
Demonstran pernah melampiaskan amarahnya di Pusat Demonstrasi Hong Kong dengan membuat "upacara kematian" untuk Leung. Mereka marah sekaligus frustrasi atas dialog yang terhenti begitu saja. Mereka juga curiga atas tindakan korupsi yang dilakukan Leung selama ini.