Denyut Kehidupan di Nepal Mulai Menggeliat, Motor dan Mobil Mulai Lalu Lalang
Sebagian warga di ibu kota Kathmandu, Nepal, mulai melakukan kegiatan setelah gempa besar akhir pekan lalu yang sejauh ini menewaskan 3.000-an jiwa
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KATHMANDU - Sebagian warga di ibu kota Kathmandu, Nepal, mulai melakukan kegiatan setelah gempa besar akhir pekan lalu yang sejauh ini menewaskan lebih dari 3.000 jiwa.
Walau hampir semua perkantoran dan pertokoan masih tutup -sementara sekolah diliburkan- sudah terlihat kendaraan bermotor milik masyarakat umum melintas di jalanan ibu kota, pada hari Senin 27 April.
"Masih sepi tapi sudah ada beberapa mobil dan motor yang lalu-lalang di jalanan," kata Laura Hukom, dari badan bantuan World Vision asal Indonesia yang berada di Kathmandu.
Hingga Minggu kemarin, jalanan di Kathmandu masih amat sepi dengan hampir semua kegiatan ditujukan pada upaya penyelamatan korban.
Ditambahkannya banyak tenda didirikan di ibu kota oleh warga yang masih belum bersedia pulang ke rumah mereka karena khawatir adanya gempa susulan setelah gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menghantam Nepal.
Sejumlah keluarga korban juga menggelar upacara pemakaman anggota yang tewas.
"Pada Senin pagi saja sedikitnya ada tiga gempa susulan walau tidak sebesar Minggu malam," ujarnya.
Laura merupakan bagian dari World Vision yang menyiapkan bantuan untuk 50.000 korban yang selamat di lima distrik yang antara lain terletak di lembah Kathmandu.
"Yang paling dibutuhkan air bersih. Di Kathmandu kami sudah mendengar beberapa korban yang menderita diare," tambahnya.
Kepolisian Nepal mengatakan sedikitnya 3.617 orang diketahui tewas sementara 6.500 lainnya cedera. Bagaimanapun korban jiwa maupun cedera diperkirakan masih akan bertambah.
Jalanan ke pusat gempa sudah dibersihkan dan tim penyelamat sedang dalam perjalanan ke tempat itu, yang didiuga dilanda kerusakan besar. (bbc)