Perusahaan Jepang QB House Terbebani Modal Tinggi untuk Berinvestasi di Indonesia
Persyaratan modal yang cukup besar di Indonesia bagi perusahaan asing tampaknya mmenjadi pertimbangan sangat serius bagi perusahaan ini.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Perusahaan toko potong rambut Jepang terbesar, QB House ingin sekali berinvestasi di Indonesia. Namun persyaratan modal yang cukup besar di Indonesia bagi perusahaan asing tampaknya memberatkan dan menjadi pertimbangan sangat serius bagi perusahaan yang bermodal 90 juta yen dengan jumlah karyawan 781 orang per Juni 2014.
"Modal setor bagi perusahaan asing tampaknya sangat besar sekali di Indonesia, berat juga ya. Kami memang serius untuk investasi di Indonesia dan sedikitnya mungkin akan buka di 50 tempat. Tapi dengan persyaratan modal asing sangat besar tersebut, kami mempertimbangkan sangat serius hal ini," kata Yasuo Kitano, President QB Net Co.Ltd khusus kepada Tribunnews.com, Senin (18/5/2013).
Di Thailand hal serupa soal persyaratan modal yang sangat berat pernah dialaminya. Rekanan usaha di Thailand ingin mengambil alih semua usahanya, sehingga tahun 2013 QB House menarik diri dari Thailand.
"Balance kekuatan tampaknya juga sangat penting dalam usaha ya," katanya lagi.
QB House terkenal di Jepang terutama bagi kalangan lelaki atau pekerja yang sibuk. Potong rambut hanya 10 menit dengan harga 1.080 yen. Kini ada 92 toko QB House di luar Jepang. Selain QB Hose, nama brand lain Fass juga ada satu toko yang dibuka di Orchard Road Singapura. Fass ini menargetkan pula pelanggan wanita.
"Jumlah customernya 50:50 antara lelaki dan wanita, dan biayanya juga 2.000 yen," katanya.
Perhatian kepada Indonesia menurutnya lebih kepada pendidikan stylist yang berada di Indonesia.
"Saya belum tahu berapa banyak stylist di Indonesia, berapa jauh pengetahuan mereka mengenai pemotongan rambut, ilmu yang dimiliki sejauh mana. Bukan hanya memotong ramput saja tetapi juga butuh kecepatan sehingga customer bisa puas karena segera selesai," jelasnya.
Apabila pendidikan dan pelatihan ini bisa dibuat sistem yang baik, misalnya dari 100 orang bisa menciptakan 5 atau 6 stylist terbaik, lalu berkembang lebih banyak lagi, hal tersebut adalah yang terbaik.
"Daripada tempat usaha, paling penting bagi kami adalah mendidik dan melatih para stylist sehingga bisa berkualitas tinggi dengan ilmu dari kami, dari Jepang karena kebanyakan yang potong di tempat kami baik di Taiwan, Hongkong dan Singapura. Kebanyakan warga Jepang yang ditugaskan di negara masing-masing itu. Jadi potong cara Jepang cara kami adalah yang paling penting," tambahnya.
Selain sistem pemotongan rambut, QB House juga memiliki sistem kontrol terhadap keseluruhan usahanya. Satu orang harus memiliki standar kecakapan menyelesaikan 10 menit pemotongannya per orang. Hal tersebut ketahuan dari sistem yang ada sehingga sekaligus dapat mengetahui keadaan saat kejadian dengan tepat dan cepat dan bisa memperbaiki atau meningkatkan kualitasnya segera bila ketahuan kualitas menurun.
"Sistem itu pula akan kami bawa ke Indonesia nantinya dan bisa konek dengan internet ke mana-mana sehingga mudah dikontrol," lanjutnya.
Menurut pria kelahiran 26 Juni 1969 itu, QB memiliki ilmu pemotongan rambut sangat canggih selama 20 tahun terakhir ini. Setiap tahun sedikitnya 17 juta orang dipotong rambutnya di QB House. Nilai penghasilan perusahaan ini per 5 November 2014 mencapai 14,28 miliar yen dari 481 toko QB House, 1 toko IKKA dan 5 toko Fass. Plus 33 toko di Singapura, 44 toko di Hongkong dan 15 toko di Taiwan.
"Kini kami fokus menyiapkan diri untuk bisa listing di pasar modal Jepang. Targetnya tahun 2018 mudah-mudahan bisa listing sehingga memudahkan berbisnis di Eropa dan Amerika Serikat sebagai target usaha di masa depan," ungkap lulusan jurusan bahasa Perancis Universitas Bahasa Asing Osaka itu.