Tim Penyelamat Malaysia Malah Asik Merokok dan Bagi-bagi Makanan
Mereka (pekerja darurat) berkumpul dalam kelompok-kelompok berbagi rokok dan makanan yang dimaksudkan untuk korban.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seorang warga negara Australia yang terjebak di Gunung Kinabalu, akibat gempa yang mengguncang Sabah, Malaysia di hari Jumat, mengeluhkan cara kerja tim penyelamat yang ia nilai lamban.
Vee Jin Dumlao, adalah satu dari 137 pendaki di puncak ketika gempa melanda, sekitar 20km dari Gunung Kinabalu.
Dumlao, yang merupakan seorang psikolog klinis dari Sydney, mengatakan gempa menyebabkan longsor sehingga menutup jalur pendakian.
"Kami baru saja menyelesaikan pendakian ke puncak, dan kami hendak turun, kami mengambil beberapa foto ketika kami mendengar suara keras, dan merasa tanah bergetar," ujarnya seperti dikutip dari Asiaone.com, Senin (8/6/2015).
"Ketika pemandu kami hendak mengisi botol minum yang kosong, sekitar pukul 13.00 mereka datang kembali dengan berita bahwa telah terjadi tanah longsor besar dan rute turun kami telah hancur, dan tidak ada kepastian upaya penyelamatan," lanjutnya.
Diapun menyindir upaya penyelamatan yang dilakukan oleh otoritas Malaysia sebagai lelucon.
"Mereka (pekerja darurat) berkumpul dalam kelompok-kelompok berbagi rokok dan makanan yang dimaksudkan untuk korban. Bantuan di daerah-daerah kritis tidak datang sampai 9 jam kemudian," tuturnya.
Pihak berwenang Malaysia berdalih bahwa keterlambatan itu akibat dari cuaca buruk sehingga tidak memungkinkan untuk mendaratkan helikopter.
Namun Dumlao mementahkan dalih itu. Dalam halaman Fecebooknya ia menulis; "Adanya kabut yang digunakan sebai alasan untuk tidak menyelamatkan pendaki, itu memang benar terjadi pada hari sebelumnya, namun cuaca baik terjadi hingga pukul 16.00, namun mereka memutuskan untuk meninggalkan kami semalaman kelaparan dalam udara dingin, serta potensi terkena bencana susulan," katanya.
"Helikopter datang untuk menurunkan dua kotak persediaan tetapi mereka turun di atas tebing yang sulit diakses karena jalur terpotong akibat longsor."
Disisi lain, kesigapan ditunjukkan oleh para pemandu wisata lokal.
"Mereka mempertaruhkan nyawa mereka untuk membuat beberapa keputusan sulit yang akhirnya menyelamatkan hidup kita. Banyak dari mereka memiliki rumah yang terkena dampak akibat gempa," katanya di Facebook.
"Mereka kehilangan teman dan keluarga. Namun mereka tetap bersama kami, membimbing kita ke tempat yang aman sampai akhir.
"Mereka bisa saja turun dari gunung dengan cepat dengan kelincahan mereka. Namun mereka memutuskan untuk tinggal dan melakukan apa yang mereka bisa untuk memenuhi kebutuhan kita. Mereka mempertaruhkan nyawa agar bisa mengisi botol minum kami dari pondok terdekat."
"Saya menyaksikan para pemandu bekerja, bukan pekerja darurat, membawa mereka yang terluka turun gunung."(Asiaone.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.