Kemenag Tak Ingin Ada Nasi Keras untuk Jemaah Haji Indonesia
Tampak panci-panci raksasa berjejer untuk menanak nasi, kemudian di barisan kedua tampak alat untuk memasak sayur
Penulis: Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, MADINAH - Usai meninjau pembuatan roti croissant atau roti bulan sabit, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Kementerian Agama RI Sri Ilham Lubis meninjau langsung dapur untuk proses pembuatan makanan bagi jemaah haji.
Didampingi kepala chef katering Oriental Savoury Anto Wiryanto, Sri melihat alat-alat yang digunakan dalam memasak menu makanan yang sudah ditentukan kementerian agama pada saat menjalin kontrak dengan perusahaan tersebut.
Tampak panci-panci raksasa berjejer untuk menanak nasi, kemudian di barisan kedua tampak alat untuk memasak sayur dalam jumlah besar, dan tampak juga alat masak untuk merebus daging.
Saat meninjau alat penanak nasi, Sri menanyakan proses menanak nasi dari perusahaan tersebut hingga akhirnya bisa disajikan kepada jemaah haji.
“Ini sangat penting, sehingga saya harus tahu caranya kenapan nasinya kemarin bisa keras,” kata Sri kepada seorang juru masak bernama Syahidi.
Syahidi pun menjelaskan bila sebelum dimasukan beras yang sudah dicuci, terlebih dahulu panci raksasa untuk menanak nasi tersebut dimasukan air 2/3 panci. Kemudian air tersebut dimasak hingga mendidih.
“Paling lama itu mendidihkan air bisa memakan waktu 30 menit,” ucap Syahidi menjelaskan kepada Sri.
Lantas, setelah air mendidih baru beras yang sudah dicuci dimasukkan ke dalam panci tersebut dengan takaran 60 kilogram. Setelah setengah matang berasnya, air pun dibuang melalui kran panci yang sudah disediakan dan disisakan sedikit untuk proses pengukusan. Setelah itu baru lah nasi dikukus kurang hingga matang.
“Mungkin kalau keras nasinya karena kurang air saat mengukus,” ucap Syahidi.
Tetapi Sri tidak mau hal tesebut terulang. Sri tidak mau hanya dengan alasan masak satu tahun sekali tetapi kualitas masakannya berkurang.
“Ini tolong diperhatikan, karena kita memiliki standar yang sudah ditentukan,” ucapnya.
Peringatan tersebut sengaja diungkapkan Sri agar tidak ada kejadian serupa di kemudian hari. Meskipun demikian hasil pemantauan yang dilakukan tim katering terhadap sembilan perusahaan katering yang melayani makan jemaah berjalan baik untuk hari pertama saat kedatangan jemaah. Menu makanan serta distribusinya relatif baik.
Memang dalam pelayanan katering, perusahaan-perusahaan yang mendapat kontrak menyediakan makanan untuk jemaah dilakukan secara kompetisi dimana setiap perusahan akan diberi penilaiaan secara terbuka.
“Dengan seperti itu bila mendapatkan nilai buruk maka perusahaannya akan malu,” ucapnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.