TRIBUNNEWS.COM, SLOVAKIA - Pihak pemerintah Slovakia sebenarnya mau saja ikut menjadi tempat pengungsian imigran yang kabur dari Timur Tengah, Asia, dan Afrika.

Namun, negara itu mengaku akan lebih bisa membantu jika yang datang pengungsi Nasrani.

"Sedikit sekali komunitas Muslim di Slovakia. Kami bahkan tak punya masjid," kata perwakilan dari Kementerian Dalam Negeri, Ivan Netik, dilansir dari Reuters.

Selain itu dikatakan pihak Gereja Katolik Slovakia lebih senang menampung imigran yang benar-benar ingin bermukim di negara itu, bukan yang hanya mengincar suaka dan ingin tinggal sementara saja di sana.

"Sebab rasanya seperti palsu dan tak ikhlas jika kami menampung lebih dari 1.000 imigran yang tak ingin benar-benar hidup di Slovakia," ucap Ivan lagi, menekankan bahwa sebenarnya pemerintah tak bermaksud ingin mendiskriminasi kepercayaan lain.

Menurutnya, jika ada imigran Muslim, yang mayoritas datang dari Timur Tengah, ingin bermukim di sana, ia mengharapkan mereka agar tidak tertekan saja.

Meski sudah dijelaskan agar tak terjadi kesalahpahaman, pernyataan tersebut tetap mengundang kritik, terlebih dari petinggi Uni Eropa (UE), yang menghimpun negara-negara di wilayahnya agar membuka diri untuk para imigran.

"Menolak pengungsi karena agamanya jelas-jelas adalah diskriminasi. Apalagi hal itu dilakukan di tengah krisis pengungsi, yang seharusnya jangan dihadapkan dengan diskriminasi," komentar perwakilan Komisi Eropa, Annika Breldthardt, soal pernyataan itu.

Slovakia akan menyambut sekitar 200 imigran dari tempat pengungsian di Turki dan Italia, dari total 60 ribu pengungsi yang ditemukan UE terdampar di lautan dan menjadi subjek rencana Komisi Eropa untuk memindahkan mereka ke negara-negara di UE.

Tak hanya Slovakia, Republik Ceko juga sempat mengajukan pernyataan yang sama soal keinginan untuk menyambut imigran Nasrani. (RT News/CNN)