Najib Razak Menolak Mundur
Najib Razak menolak mundur dan meminta persatuan nasional setelah ribuan pengunjuk rasa menuntut pencopotannya
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR - Najib Razak menolak mundur dan meminta persatuan nasional setelah ribuan pengunjuk rasa menuntut pencopotannya pada dua hari terakhir, Sabtu dan Minggu.
Saat berbicara dalam acara publik pada Senin (31/8/2015) untuk memperingati Hari Nasional Malaysia, Perdana Menteri Malaysia Najib mengatakan bahwa jelas masyarakat Malaysia lainnya mendukung pemerintah.
"Kita tak akan mengizinkan siapa pun, baik dari luar maupun dalam negeri, datang dan mencari, merusak atau menghancurkan apa yang sudah kita bangun selama ini," katanya seperti dikutip kantor berita resmi pemerintah, Bernama.
"Mari kita ingat, jika kita tak bersatu, kehilangan solidaritas dan ikatan, semua masalah tak akan terselesaikan, dan semua yang telah susah payah kita bangun akan hancur begitu saja."
Menurut dia, protes yang "mengganggu ketertiban publik dan hanya menimbulkan ketidaknyamanan" tidak mencerminkan kedewasaan dan "bukan saluran yang tepat untuk menyampaikan opini dalam negara demokratis".
Dalam demonstrasi akhir pekan tersebut, para pemrotes mendesak Najib lengser lantaran diduga mengambil ratusan juta dollar dari dana publik.
Transfer uang ke rekening Najib, yang diungkap oleh Wall Street Journal, berasal dari dana investasi negara 1MDB yang didirikan Najib saat menjabat perdana menteri pada 2009.
Namun, Najib membantah telah mengantungi 700 juta dollar AS (setara hampir Rp 10 triliun) dana publik.
Badan Antikorupsi Malaysia sudah menyatakan Najib bersih dan mengatakan bahwa uang tersebut berasal dari donor asing.
Najib juga sudah memecat beberapa pejabat yang mengkritiknya dalam upaya penanganan skandal.
Polisi mengatakan bahwa sekitar 250.000 orang turut serta dalam demonstrasi yang berlangsung dua hari meski "Bersih", kelompok pro-demokrasi yang mengorganisasi aksi tersebut, menyatakan ada 300.000 orang yang turut serta.
Langkah melawan Najib mendapat dorongan dari mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad yang berpengaruh. Ia ikut turun dalam aksi di Kuala Lumpur pada Minggu.
Mahathir yang memimpin Malaysia dari 1981-2003 dan mantan pendukung Najib mengatakan bahwa tak mungkin lagi dia terus berada di posisinya sekarang.
"Tak ada lagi aturan hukum. Satu-satunya cara buat orang-orang untuk kembali ke kondisi lama adalah dengan menurunkan perdana menteri ini," katanya. "Kita harus menurunkan perdana menteri ini."
Aksi massa di Kuala Lumpur sebenarnya ilegal, tetapi bisa berlanjut dan berakhir damai Minggu malam.
Beberapa aksi massa Bersih sebelumnya dibubarkan oleh polisi dengan menggunakan gas air mata dan meriam air.(BBC Indonesia)