Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kejahatan Media Sosial di Jepang Banyak Muncul Terkait dengan Wanita

Kejahatan yang terjadi di media sosial Jepang muncul dari hal-hal terkait wanita.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kejahatan Media Sosial di Jepang Banyak Muncul Terkait dengan Wanita
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Grafik pergerakan komunikasi di media sosial (medos) Jepang dari tahun 2007 sampai dengan pertengahan tahun 2015. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kejahatan yang terjadi di media sosial Jepang muncul dari hal-hal terkait wanita. Tahun 2007 berjamuran muncul situs terkait wanita, kenalan di internet, pacaran dan sebagainya. Dari sanalah muncul kejahatan besar di Jepang.

"Dari data yang ada ternyata kejahatan banyak muncul awalnya dari situs terkait wanita, untuk pacaran dan semacamnya sejak tahun 2007, lalu turun terus hingga kini," kata Daisuke Fujikawa (59), profesor Universitas Chiba, dalam acara Morning Cross televisi MX Tokyo, Kamis (22/10/2015).

Grafik situs deai (kenalan dengan wanita) ini disajikannya dengan warna biru.

Lalu tahun 2008 muncul situs komunitas chatting seperti facebook dan sebagainya (grafik warna merah). Dari medsos itu masih tetap kuat interaksinya hingga kini. Kemudian muncul kejahatan karena orang masih berani berkenalan dan komunikasi kepada orang yang tak dikenalnya.

Survei singkat Tokyo MX pagi ini menunjukkan bahwa kebanyakan yang melakukan interaksi di medsos justru paling banyak yang berinteraksi kepada orang tak dikenal daripada yang dikenalnya.

Sebanyak 990 orang berinteraksi dengan orang yang tak dikenal dan hanya 240 orang berinteraksi kepada orang yang dikenal. Berarti tiga kali lipat daripada yang dikenalnya.

Berita Rekomendasi

"Satu hal memang menarik, jadi semakin luas pergaulan kita, tetapi di lain pihak kejahatan banyak muncul di sana sehingga kita bisa menjadi korban kejahatan," kata Fujikawa.

Karena banyaknya kejahatan lewat medsos, pihak kepolisian Jepang membuat peraturan tahun 2009 agar semua ponsel ditawarkan menggunakan filtering atau aplikasi sensor apabila baru memulai menggunakan ponselnya terutama saat terhubung dengan media sosial.

Ternyata hanya 3,7 persen saja yang menggunakan dengan berbagai alasan, terutama karena menyulitkan. Filtering tersebut akan terkait juga ke hal lain yang mungkin akan menyulitkan kita juga berkomunikasi dengan orang yang kita kenal sekali pun.

Selain itu kedewasaan orang Jepang semakin baik sehingga "menyensor" diri sendiri tak akan berkomunikasi dengan orang yang tak dikenalnya.

"Hal ini membuat tindakan preventif yang sangat baik dengan kesadaran sendiri," tambahnya.

Chatting di media sosial masih sangat tinggi gerakannya dan trendnya. Oleh karena itu sang profesor menyarankan, sebaiknya jangan pernah bertransaksi apa pun kalau belum pernah bertemu atau belum kenal orangnya.

"Kejahatan muncul dan banyak menjadi korban kita karena transaksi dan chating berkomunikasi di internet saja padahal belum pernah ketemu belum pernah kenalan dengan orangnya," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas