Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengaku Punya Tato Wajah Presiden di Kemaluan, Penyair Saungkha Diuber Polisi

Seorang penyair muda Myanmar selama tiga pekan terakhir menjadi buron aparat keamanan negeri itu.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Mengaku Punya Tato Wajah Presiden di Kemaluan, Penyair Saungkha Diuber Polisi
Facebook/Mirror
Penyair Myanmar, Maung Saungkha. 

Tribunnews.com. Yangoon  - Seorang penyair muda Myanmar selama tiga pekan terakhir menjadi buron aparat keamanan negeri itu.

Maung Saungkha, nama penyair itu, mengunggah sebuah puisi lewat akun Facebook-nya. Dalam puisi itu dia mengklaim memiliki tato wajah presiden di kemaluannya.

Jika tertangkap, maka Saungkha bisa mendekam tiga tahun dalam penjara akibat puisi kontroversialnya itu.

"Saya memiliki wajah presiden ditato di kemaluan saya, istri saya juga merasa sangat jijik," demikian sebagian isi puisi Saungkha yang menghebohkan itu.

Meski Saungkha tak menyebut nama presiden yang wajahnya "menempel" di kemaluannya itu, namun pemerintah Myanmar menilai aksi Saungkha itu adalah sebuah aksi menyerang negara.

Bahkan, salah satu orang dekat Presiden Thein Sein mengatakan Saungkha akan menerima konsekuensi akibat ulahnya itu.

"Saungkha harus siap bertanggung jawab atas perbuatannya itu," kata Direktur Kantor Presiden Myanmar, Zaw Htay lewat akun Facebook-nya.

Berita Rekomendasi

Beberapa saat setelah puisi kontroversial Saungkha diunggah, polisi langsung menggerebek kediaman Saungkha.

Saat digerebek, Saungkha tak berada di rumah dan sejak saat itu sosok pemuda itu tidak terlihat.

Polisi kemudian memastikan Kepala Kepolisian Thein Win sudah menjerat Maung Saungkha berdasar Undang-undang Telekomunikasi dan penyair muda itu terancam hukuman 3 tahun penjara.

Pada Rabu lalu, kepada harian Irrawady, Saungkha mengatakan dia tak bermaksud melecehkan pemerintah Myanmar.

Dia mengatakan puisinya ditujukan untuk pemerintah yang menindas rakyatnya dan bukan ditujukan untuk individu tertentu.

"Itu bisa saja tentang Saddam Hussein atau Assad," ujar Saungkha.

"Pemerintah tidak memahami puisi. Mereka takut terhadap puisi karena puisi membawa suara rakyat," tambah dia.

Saungkha yang adalah seorang penyair berbakat, sudah menerbitkan beberapa buku puisinya di Myanmar.

Dia yakin pemerintah mengincarnya sejak dia terlibat dalam unjuk rasa menentang kekerasan polisi awal tahun ini.

(Ervan Hardoko)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas