Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pelajar SMP di Jepang Bunuh Diri Loncat ke Rel Kereta Api Gara-gara Dibully Temannya

Seorang pelajar SMP Kota Nagoya Jepang bunuh diri dengan cara loncat dari platform ke rel kereta api dan tertabrak kereta api di stasiun bawah tanah.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Pelajar SMP di Jepang Bunuh Diri Loncat ke Rel Kereta Api Gara-gara Dibully Temannya
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Stasiun kereta api bawah tanah di Kota Nagoya, tempat pelajar SMP bunuh diri 1 November 2015. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Seorang pelajar SMP Kota Nagoya Jepang bunuh diri dengan cara loncat dari platform ke rel kereta api dan tertabrak kereta api di stasiun bawah tanah Kota Nagoya, Minggu (1/11/2015) sekitar jam 16.00 waktu Jepang.

Ternyata pelajar tersebut melakukan bunuh diri karena di-ijime (dibully) teman-temannya. Sebelumnya Dewan Pendidikan Kota Nagoya menyatakan tak ada ijime.

"Ternyata dari hasil penyelidikan 4 November lalu, kami menemukan 20 orang langsung melihat korban benar-benar diijime temannya," kata Miura Tomohisa, pejabat Dewan Pendidikan Kota Nagoya, Kamis (5/11/2015) kepada pers.

Hasil angket dan dijawab 500 orang pelajar, dari 20 orang yang melihat langsung tersebut, 10 orang melihatnya di dalam kelas, 9 orang melihatnya saat kegiatan ekstra kurikuler dan satu orang di tempat lain.

Selain itu 3 orang mendengar langsung dari korban bahwa dirinya diijime oleh teman-temannya. Kemudian 57 orang mengetahui adanya ijime terhadap korban dari pihak lain.

Ayah korban juga mengadakan jumpa pers dan menyatakan agar hal tersebut jangan sampai terjadi lagi di lain waktu kepada pelajar yang lain.

Berita Rekomendasi

"Saya tak mau mencari siapa yang salah. Tapi dari hasil angket tersebut terbukti ada ijime kuat di dalam sekolah dilakukan teman-temannya. Saya tak mengerti bagaimana bisa terjadi dan dari hasil angket ketahuan anak saya memang anak yang kuat sebenarnya, berusaha menahan stres yang ada tetapi ya memang akhirnya demikian," kata sang ayah.

Teman lainnya yang melakukan kegiatan pingpong, olahraga kesukaan korban, juga mengakui korban pernah mengeluh kepadanya.

"Saya sepertinya tak tahan lagi dengan keadaan sekarang," kata korban kepada saksi antara pertengahan sampai Oktober lalu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas