'Situasi Luar Biasa', Gaji Anggota ISIS Dipotong 50 Persen
Para anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengalami pemotongan gaji sebesar 50 persen.
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com — Para anggota Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengalami pemotongan gaji sebesar 50 persen.
Pemotongan itu dilakukan karena "situasi yang luar biasa".
Namun, tidak dijelaskan secara mendetail situasi yang dimaksud.
Pemotongan gaji itu tercantum dalam sebuah dokumen yang diterbitkan "Menteri Keuangan" ISIS yang berkantor di benteng pertahanan ISIS di Raqqa, Suriah, bulan lalu.
Dokumen yang diterjemahkan seorang peneliti dari Forum Timur Tengah, Aymen Jawad al-Tamimi, menyebutkan, berdasarkan beberapa refleksi dari Quran dan potongan pendek tentang "jihad harta" dan "jihad jiwa", Menteri Keuangan ISIS Abu Muhammad al-Muhajir memutuskan memotong gaji militan ISIS sebesar 50 persen.
"Dengan pertimbangan keadaan luar biasa yang dihadapi ISIS, diputuskan untuk memotong separuh gaji yang dibayarkan kepada semua mujahidin."
"Tidak ada pengecualian bagi siapa pun dari keputusan ini, apa pun posisinya," demikian salah satu klausul dalam dokumen tersebut.
Dokumen tersebut juga menekankan bahwa ketentuan itu akan didistribusikan sebagaimana biasanya, dua kali dalam sebulan.
Istilah "situasi luar biasa" itu tidak jelas.
Namun, segera setelah dokumen itu muncul, Pentagon menyatakan bahwa serangan udara terhadap ISIS selama 19 bulan akhirnya mulai menghancurkan keuangan kelompok teroris tersebut.
Pada 11 Januari lalu, Departemen Pertahanan AS menyebarkan video yang menunjukkan serangan udara koalisi menghancurkan gudang uang milik ISIS di Mosul, utara Irak.
Kepala Komando Pusat AS Jenderal Lloyd Austin kepada CNN, Jumat lalu, mengatakan, kampanye itu adalah "sebuah serangan tepat" yang menghanguskan uang jutaan dollar milik ISIS.