Ketika Rumah Adat Suku-suku Indonesia Mejeng di Canberra
Beragam rumah adat nusantara itu tengah dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata Indonesia
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, CANBERRA -- Ketika Rumah Adat Suku-suku Indonesia Mejeng di Canbera
Ya, kali ini beragam rumah adat nusantara itu tengah dipromosikan sebagai daya tarik pariwisata Indonesia yang belum banyak dikenal publik Australia
Warga Australia dan tamu asing yang tergabung dalam Women International Club (WIC) di Canberra pun terlihat seksama mengamati dan ingin tahu masing-masing rumah adat yang dipamerkan.
WIC beranggotakan berbagai profesi, antara lain diplomat, pejabat pemerintah, penulis, seniman hingga akademisi.
Menurut keterangan Ketua DWP KBRI Canberra Nino Nadjib Riphat, promosi budaya Indonesia melalui Indonesian Cultural Circle (ICC) merupakan salah satu program utama dari organisasi yang dipimpinnya selama ini.
"Rumah adat Indonesia yang terdiri atas beragam kekhasan desain, arsitektur dan ornamen, perlu diperkenalkan di kalangan masyarakat Australia karena dapat menjadi salah satu daya tarik pariwisata Indonesia," katanya, seperti dikutip dari Radio Australia, Minggu (6/3/2016).
Lebih lanjut dia jelaskan corak rumah adat Indonesia, sangat dipengaruhi kondisi geografis, alam dan budaya di tanah air.
Diharapkan melalui promosi Budaya ini, masyarakat Australia dan anggota WIC berkesempatan mendapatkan pengenalan dan pengetahuan secara langsung mengenai rumah adat Indonesia.
Selain mendapatkan paparan dan melihat video rumah tradisional Indonesia dari semua provinsi atau daerah di tanah air, peserta yang datang juga berkesempatan mengikuti lomba mendekorasi dan mewarnai contoh rumah adat Toraja, Honai, Sasak dan Minangkabau.
Ciri Rumah Tradisional
Adalah Iwan Freddy Hari Susanto, Minister Counsellor KBRI Canberra memberikan paparan mengenai rumah adat nusantara pada acara yang digelar pada awal Maret itu.
Dia jelaskan, kecuali di Pulau Jawa dan Bali, mayoritas arsitektur rumah tradisional Indonesia didirikan di atas tanah.
"Hal ini banyak dipengaruhi oleh faktor geografis, kondisi alam, cuaca, dan kearifan lokal," jelasnya.
Tak heran kata dia, jika selain tahan gempa, rumah tradisional di Indonesia umumnya juga ramah lingkungan.
"Karena bahan-bahannya diperoleh dari lingkungan sekitar. Filosofi ini menjadi salah satu tradisi yang dipraktekkan masyarakat Indonesia dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup," papar Iwan.
Ornamen dan corak ukiran dari rumah di Indonesia juga sangat indah, baik yang bercirikan flora maupun fauna.
Anna Posser, mantan Presiden WIC Canberra terkesan dengan aneka keunikan desain dan ornamen rumah adat nusantara dari Indonesia.
Kesan serupa juga disampaikan Susanita Dudley yang mengaku selalu aktif mengikuti kegiatan promosi budaya Indonesia.
Menurutnya, acara ini memberikan pengetahuan baru bagi publik Australia mengenai salah satu kekayaan budaya Indonesia.