Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Restoran Seks Pertama, Ternyata yang Dijual Bukan Esek-esek

Seorang pemilik restoran yang jeli, membuka restoran bertema seks pertama

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Restoran Seks Pertama, Ternyata yang Dijual Bukan Esek-esek
via DEUTSCHE WELLE

TRIBUNNEWS.COM, BEIJING - Dengan mengikuti tren gaya hidup selalu menjadi kiat untuk sukses berbisnis, termasuk di China.

Seorang pemilik restoran yang jeli, membuka restoran bertema seks pertama di Ibu Kota Beijing, yang diklaim sebagai simbol perubahan zaman.

Namun, jangan berpikiran lebih jauh dulu.  Sebab, yang ditawarkan di restoran itu bukan kegiatan "esek-esek", melainkan makanan laut alias seafood yang lezat.

Yang menjadi daya tarik restoran yang memasang merk "Shell" itu adalah hiasan dan perabot makan yang semuanya bertema seksual atau organ intim pria dan perempuan.

Juga para tamu dan pelayan, diberi pinjam busana seronok untuk dipakai saat makan dan bekerja.

Pemilik restoran yang hanya menyebut namanya sebagai Lu Lu mengatakan: "Semua ini merupakan tuntutan perubahan jaman yang tidak bisa dilawan".

"Kita tidak bisa menghentikan perkembangan tren dalam masyarakat, tidak peduli suka atau tidak suka," ujar perempuan pemilik restoran berusia 27 tahun ini.

BERITA TERKAIT

Uniknya pula, koki kepala di restoran itu adalah ayah Lu Lu yang terkenal sebagai jurumasak seafood piawai di Beijing.

Bulan April silam, polisi menutup sementara restoran ini, dengan tuduhan membuka usaha percabulan.

Namun, efeknya justru ibarat iklan gratis. Calon tamu semakin membludak dan harus antre.

Sebelumnya, tuduhan polisi tak terbukti, dan restoran dibuka kembali.

Para tamu, kebanyakan eksekutif muda di Bejing yang ingin makan enak "lobster" mahal atau seafood lainnya, dengan atmosfir berbeda.

Sun seorang tamu berusia 28, yang tergolong eksekutif muda mengatakan, orangtua mereka yang konservatif, tidak akan mengerti dan menerima konsep restoran seks macam ini.

Bagi kelompok yuppies China, inlah sensasi yang dicari untuk menunjukkan status simbol mereka.(Glori K. Wadrianto/Deutsche Welle)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas