Teroris Turki Ledakkan Diri Seusai Obral Tembakan
"Saat itu kami tengah menuju terminal keberangkatan. Ketika tengah menggunakan eskalator, kami mendengar suara tembakan," kata Ny Roos.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Bandara Ataturk, Istanbul, Turki, mendadak berubah menjadi tempat horor. Rentetan tembakan, teriakan histeris, dan ledakan bom mengguncang bandara ketika tiga teroris melakukan aksinya, Selasa (28/6), sekira pukul 19.35 waktu setempat.
Setidaknya 36 orang tewas dan sekitar 147 lainnya mengalami luka-luka. Korban tewas kemungkinan bisa terus bertambah. Seorang penajat Turki menyebutkan korban tewas bisa bertambah menjadi 50 orang.
Diperkirakan ada tiga teroris dalam insiden tersebut. Dua orang pengebom bunur diri beraksi di dalam terminal internasional dan seorang lagi di tempat antrean parkir. Mereka mengenakan rompi berisi rangkaian bom.
Seorang saksi mata, Sue Savage mengatakan saat itu mendengar suara rentetan tembakan yang diikuti ledakan bom. Ia kemudian bersembunyi di sebuah tempat ibadah, kemudian pindah ke toilet pria bersama seorang wanita lainnya.
Mereka baru keluar 30 menit kemudian. Saat itu masih terdengar suara tembakan dan teriakan-teriakan. Mereka kemudian menyelinap dan bersembunyi di tempat pemeriksaan bagasi.
Ia bersama 30 orang lainnya tetap bersembunyi di tempat ibadah khusus perempuan sampai petugas membawa mereka ke ruang utama terminal. "Darah berceceran di mana-mana. Begitu pula pecahan kaca tampak berserakan," katanya.
Rekaman video di dalam terminal menunjukkan orang-orang berlarian dan terlihat sinar berwarna jingga yang berasal dari sebuah ledakan bom. Para korban tampak berjalan sempoyongan dan beberapa di antaranya tergeletak berlumuran darah.
Rekaman video lainnya menunjukkan seorang pria bersenjata, diduga teroris, roboh setelah ditembak petugas keamanan. Sekira 10 detik setelah petugas keamanan itu berdiri di dekat teroris, terjadi ledakan dahsyat.
Seorang turis, Laurence Cameron, menceritakan apa yang dilihatnya ketika turun dari pesawat. "Saya melihat orang-orang berteriak panik. Mereka terjatuh dan saling tindih.Orang-orang berlarian ke sana ke mari, tanpa mengetahui apa sebenarnya yang terjadi," katanya.
Ia juga menyebutkan sebuah bom meledak di tempat menunggu taksi bandara. "Ada lubang di lokasi tersebut dan penuh ceceran darah," tambah Laurence.
Para teroris membawa senjata laras panjang jenis AK-47. Mereka datang ke bandara menggunakan taksi dan berusaha masuk melalui pintu keberangkatan yang dilengkapi X-ray. Mereka dihentikan oleh petugas keamanan, kemudian melakukan serangan mematikan.
Menduga ISIS
Belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab terhadap serangan itu. Seorang teroris diduga kuat berkewarganegaraan asing (bukan warga Turki).
Saat terjadi serangan dua turis asal Afrika Selatan, Paul dan Susie Roos, berada di bandara itu untuk terbang kembali ke negaranya. "Saat itu kami tengah menuju terminal keberangkatan. Ketika tengah menggunakan eskalator, kami mendengar suara tembakan," kata Ny Roos.
Ia melihat seorang pria berpakaian hitam dan membawa senjata laras panjang. Orang itu melepaskan tembakan ke arah orang-orang secara acak. "Orang itu tidak menggunakan topeng atau penutup muka. Ia menembaki orang-orang yang ada di depannya. Saya hanya 50 meter berada di dekat orang itu," tambahnya.
Turis itu kemudian bersembunyi di bawah meja. Dua ledakan muncul tak lama kemudian. Teroris berhenti menembak. "Dia berbalik dan menuju ke arah kami. Ia memasukkan senjata dalam jaket, kemudian turun menggunakan eskalator. Kami mendengar suara tembakan lagi dan ledakan berikutnya," katanya.
Saksi lain, Ali Tekin, yang berada di ruang kedatangan mengatakan, "Ada ledakan besar, sangat keras. Atap ambrol. Situasi dalam bandara itu mengerikan. Terjadi kerusakan besar," katanya.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menyerukan masyarakat internasional untuk memerangi aksi terorisme. "Bagi organisasi teroris tidak ada perbedaan antara Istanbul, Ankara dan Berlin, Izmir dan Chicago atau Antalya dan Roma. Kecuali semua pemerintahan dan seluruh umat manusia bergabung melawan terorisme, atau hal lebih buruk akan menjadi kenyataan," katanya.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim menduga kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) berada di balik serangan tersebut. Beberapa analis mengatakan serangan itu merupakan respon atas kekalahan ISIS dalam waktu beberapa hari belakangan ini di Irak dan Suriah, terutama lepasnya Falluja. "Mereka mungkin kehilangan daerah, tetapi mereka masih merupakan kekuatan besar," kata analis CNN Bob Baer. (dailymail/cnn/feb)