Tiba-tiba Pesawat dari Jakarta Tujuan Istanbul Dialihkan ke Bandara Lain di Ketinggian 35.000 Kaki
Ternyata, alasan sesungguhnya sangat mengejutkan. Ada kudeta di Turki.
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ANTALYA - Pesawat Boeing 777 Turkish Airline yang ditumpangi tim Liga Kompas Gramedia-SKF sekitar tiga jam lagi mendarat di Istanbul, Turki.
Di tengah kegelapan langit di atas ketinggian sekitar 35.000 kaki, sekitar pukul 01.00 dini hari waktu setempat, tiba-tiba datang kabar mengejutkan.
Pesawat dengan nomor penerbangan TK 0057 dari Jakarta tujuan Istanbul itu harus dialihkan ke Antalya, sebuah kota resor di tepi Laut Mediterania.
Penumpang pun terkaget-kaget. Tidak ada pengumuman jelas dari awak pesawat alasan pengalihan itu. Hanya disebutkan alasan teknis.
Ternyata, alasan sesungguhnya sangat mengejutkan. Ada kudeta di Turki.
Penumpang yang masih terkantuk-kantuk pun sebagian perpandangan, kaget tak percaya.
Oleh karena tidak ada internet di penerbangan, sebagian penumpang pun sibuk mencari informasi.
Ada yang bertanya ke awak kabin, ada yang mencari di sistem hiburan pesawat yang di antaranya menghadirkan menu breaking news.
"Tadi saya baca di informasi breaking news BBC, ada kudeta di Turki. Pesawat tidak bisa mendarat di Istanbul, dialihkan ke Antalya," kata Nyoman, salah satu anggota ofisial tim LKG-SKF Indonesia.
Tidak ada yang bisa dilakukan oleh para penumpang selain pasrah.
"Kami mau terbang lanjutan ke Roma. Belum tahu bagaimana nanti," kata seorang penumpang asal Indonesia sebelum turun dari pesawat.
Kudeta yang berlangsung di Turki membuat sejumlah bandara ditutup.
Pesawat dari Jakarta yang seharusnya mendarat di Istanbul, akhirnya dialihkan ke Antalya.
Pesawat Turkish Airline nomor penerbangan TK 0057 yang berangkat dari Jakarta sekitar pukul 21.00, harusnya mendarat di Istanbul pukul 04.45, dialihkan ke Antalya.
Kebingungan mewarnai para penumpang yang banyak di antaranya hendak melanjutkan penerbangan dari Istanbul ke kota-kota lain di Eropa seperti Gothenburg, Roma, dan lainnya.
Para penumpang penerbanganan TK 0057, termasuk anggota tim sepak bola LKG-SKF Indonesia yang hendak mengikuti Piala Gothia di Gothenburg, Swedia, 17-23 Juli ini, harus menunggu di Antlya tanpa kejelasan.
Pesawat sempat tertahan di tarmac bandara selama sekitar satu jam sebelum para penumpang diizinkan turun menuju terminal.
Tak terlihat ada suasana kudeta, tak ada penjagaan oleh tentara atau polisi bersenjata di bandara.
Meski demikian, sangat terasa kalau suasana tidak normal.
Para petugas bandara tidak bisa menjelaskan situasi yang ada.
Para penumpang tidak mendapat pemberitahuan kapan mereka bisa melanjutkan penerbangan ke kota tujuan.
Sejumlah penumpang sibuk mencari informasi apa yang sebenarnya terjadi di Turki.
Namun, bertanya kepada petugas di bandara tidak banyak membantu karena mereka juga terlihat kebingungan dengan situasi yang terjadi di negara mereka.
Dari berita sejumlah laman lokal, seperti dari Hurriyet Dailynews, situasi sebagian besar sudah bisa dikendalikan oleh pasukan yang pro pemerintah, demikian situs ini mengutip Perdana Menteri Binali Yildirim.
Sekretaris press badan intelijen Turki MIT, Nuh Yilmaz mengatakan, situasi sudah kembali ke normal. "Kudeta telah digagalkan," demikian Yilmaz dikutip Hurriyet.
Sekitar pukul 08.00, toko-toko di bandara masih terlihat tutup. Belum ada kejelasan kapan penerbangan dari bandara di Anyalya akan dibuka kembali.
Para penumpang pun hanya bisa pasrah menunggu di terminal. Sebagian duduk di bangku, sementara yang tidak kebagian tempat duduk lesehan atau tidur-tiduran di lantai terminal.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi yang menghubungi Kompas dan sejumlah warga negara Indonesia lain yang terjebak di Turki meminta agar tetap tenang.
Warga yang terjebak di bandara juga diminta agar tidak keluar bandara. Kementerian Luar Negeri menyiapkan sejumlah nomor telepon hang bisa dihubungi jika ada warga yang memerlukan bantuan.
Kapten tim LKG-SKF Indonesia Mahmud Cahyono mengatakan, ia berharap bisa segera melanjutkan perjalanan kembali ke Gothenburg.
Pasalnya, mereka akan menjalani laga perdana pada Senin (18/7/2016) ini.
Meski terjebak di Antalya tanpa kejelasan, para pemain yang rata-rata masih berusia 14-15 tahun ini masih tampak bersemangat. Sebagian menyanyi lagu-lagu penyemangat sepak bola yang biasa dinyanyikan para suporter.
"Kami tetap bersemangat Om, tapi ngantuk," kata Mahmud.(Prasetyo Eko P)