Presiden Petahana Klaim Menang Tipis dalam Pemilu, Kerusuhan Pecah di Gabon
Bentrokan, penjarahan dan pembakaran pecah setelah kelompok oposisi dan pendukungnya, menuding Ondimba melakukan kecurangan.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, LIBREVILLE - Kerusuhan pecah tak lama setelah Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba mengumumkan kemenangannya dalam pemilihan presiden negeri kaya minyak itu.
Bentrokan, penjarahan dan pembakaran pecah setelah kelompok oposisi dan pendukungnya, menuding Ondimba melakukan kecurangan.
Presiden Ali Bongo Ondimba menang tipis dari pesaingnya Jean Ping dengan hanya selisih 1,57 persen suara.
Hasil ini langsung menyulut kecurigaan kelompok oposisi.
Asap hitam membubung dari kobaran api di sebuah ruas jalan di dekat gedung Dewan Nasional di ibu kota Libreville.
Para pengunjuk rasa di beberapa distrik mulai rusuh dan menjarah pertokoan, bank dan membakari bangunan, termasuk salah satu properti milik wakil perdana menteri Gabon.
Polisi menembakkan gas air mata ke arah ratusan pendukung oposisi yang berkumpul di dekat Mahkamah Konstitusi di Libreville.
Ini bukan kali pertama kerusuhan terjadi pasca-pemilihan presiden. Pada 2009, kerusuhan dan penjarahan juga terjadi setelah Presiden Ali Bongo Ondimba berkuasa menggantikan ayahnya Omar Bongo yang meninggal dunia.
Sementara itu, para pengamat pemilu Uni Eropa mengkritik buruknya transparansi dan menyerukan agar komisi pemilihan umum memublikasikan hasil penghitungan suara tiap TPS.
Sedangkan Sekjen PBB Ban Ki-moon menyerukan agar para pemimpin politik dan pendukungnya menahan diri demi menjaga kedamaian dan stabilitas di negeri itu.
Gabon adalah sebuah negara di pesisir barat Afrika tepat di garis khatulistiwa dengan wilayah seluas 270.000 kilometer persegi dan berpenduduk 1,5 juta jiwa.
Sejak merdeka dari penjajahan Perancis pada 1960, Gabon baru memiliki tiga presiden dan baru pada 1990-an negeri ini memperkenalkan sistem multi partai.
Sedikitnya penduduk, cadangan minyak yang berlimpah dan investasi asing membuat Gabon menjadi salah satu negara paling makmur di kawasan Sub-Sahara Afrika.
Negeri ini bahkan memiliki GDP sebesar 22.400 dolar AS per kapita. Namun, penyebaran kemakmuran yang tak merata membuat sebagian besar penduduk masih hidup dalam kemiskinan.
Sumber : Independent