Kisah di Balik Kontes Kecantikan Kaum LGBT di Samoa
Lampu-lampu yang terang, gaun-gaun berkilauan dan senyum yang mempesona adalah ciri dari setiap kontes kecantikan.
Editor: Hendra Gunawan
Perubahan positif
Pada bulan Juni, sebuah berita di surat kabar nasional menimbulkan kemarahan karena mereka menerbitkan foto yang tak disensor.
Koran itu menampilkan tubuh Jeanine Tuivaiki di halaman depan, seorang fa'afafine yang ditemukan tewas -mungkin bunuh diri- di dalam sebuah gereja.
Perdana Menteri Samoa mengaku terkejut dengan tampilan halaman depan koran itu.
Sementara Asosiasi Fa'afafine Samoa (SFA) menyebutkan pemberitaan itu telah 'merampas martabat dan kemanusiaan Tuivaiki'.
Lalu, surat kabar itu meminta maaf. Tetapi, SFA mengatakan hal itu sebagai sebuah pertanda bahwa fa'afafine 'tidak pernah mendapat tempat sepenuhnya dan setara di Samoa' seperti halnya undang-undang antihomoseksual di negara itu.
Kendati demikian, Ymania lalu mengatakan, dia melihat sebuah perubahan dalam cara penerimaan yang positif.
"Anda lihat anak-anak di sekolah dasar bertingkah dan berbicara seperti fa'afafines di depan," tambah dia.
"Banyak orang yang datang ke gereja konservatif tumbuh dewasa dan memiliki anak, yang kadang-kadang akhirnya menjadi fa'afafine, jadi bagaimana mereka bisa melakukan diskriminasi," tanyanya.
Alasan anak
Ymania sendiri adalah seorang ibu dari dua anak laki-laki yang ia adopsi.
"Saat pertama kali melihat nama saya tercantum di akte kelahiran anak saya sebagai ibu mereka, saya menangis," katanya.
"Bahkan saat beranjak dewasa, semua yang saya inginkan adalah menjadi seorang ibu. Dan faktanya, negara ini telah memasukkan saya sebagai ibu dari anak-anak saya di akte kelahiran mereka, tidak ada yang lebih baik dari itu."
Anak-anak juga menjadi salah satu alasan mengapa Ymania dan SFA berjuang untuk hak-hak LGBT di Samoa.
"Jika salah satu dari anak-anak saya berubah menjadi fa'afafine atau memiliki anak fa'afafine -tidak hanya mereka tapi untuk semua anak-anak di Samoa- Saya ingin mereka tumbuh dalam sebuah dunia yang toleran," kata dia.
"Ini mungkin tidak akan terjadi dalam hidup saya, tapi saya harus mencoba untuk menjadikan tempat ini menjadi lebih baik untuk setiap warga negara, termasuk fa'afafines," cetus dia.