Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah di Balik Kontes Kecantikan Kaum LGBT di Samoa

Lampu-lampu yang terang, gaun-gaun berkilauan dan senyum yang mempesona adalah ciri dari setiap kontes kecantikan.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah di Balik Kontes Kecantikan Kaum LGBT di Samoa
bbc
Peserta kontes kecantikan LGBT di Samoa 

TRIBUNNEWS.COM, SAMOA -- Lampu-lampu yang terang, gaun-gaun berkilauan dan senyum yang mempesona adalah ciri dari setiap kontes kecantikan.

Namun, kontes kecantikan yang berlangsung di Samoa merupakan kontes yang berbeda dengan ajang-ajang pemilihan ratu kecantikan lainnya.

Kontes kecantikan yang diberi nama Miss Fa'afafine adalah perayaan tahunan dan merupakan tradisi bagi kaum transjender di negara kepulauan tersebut.

"Saya percaya bahwa saya terlahir sebagai seorang fa'afafine. Meski awalnya saya terlahir dengan jenis kelamin laki-laki, tapi sisi feminin saya jauh lebih kuat," kata Velda Collins, salah satu peserta kontes.

"Saya seorang wanita yang terjebak dalam tubuh seorang pria," kata Velda saat menggambarkan dirinya.

"Kami memiliki keunikan dibanding komunitas lesbian dan gay di seluruh dunia, kami memiliki identitas sendiri," cetus dia lagi.

Meskipun kaum fa'afafine sudah diterima sebagai bagian dari budaya Samoa selama bertahun-tahun, tapi ia mengaku tetap menjalani kehidupan yang keras.

BERITA REKOMENDASI

Orangtua Velda tidak pernah bisa menerimanya, karena takut kesempatan-kesempatan dalam hidup akan tertutup bagi dia, menyusul identitas yang disandangnya.

Velda Collins mengambil bagian dalam ajang Miss Fa'afafine pada tahun 2007, dan kontes kecantikan ini menjadi 'momen kebebasan' dalam hidupnya.

Ia memenangi kontes ini, dan sekarang menjadi salah satu penyelenggara kontes kecantikan tersebut.

Menilik kembali ke permulaan abad ke 20, istilah fa'afafine memiliki arti 'seperti seorang wanita'.

Sebutan ini disematkan kepada orang-orang yang tidak sesuai jendernya sebagai pria dan wanita.


Beberapa fa'afafines menjalani kehidupan mereka sebagai wanita, sedangkan yang lainnya bisa memilih untuk hidup sebagai laki-laki tapi dengan atribut perempuan.

Menjadi fa'afafine tidak berarti menjadi seorang gay, mereka menganggap diri mereka sebagai kalangan dari jenis kelamin ketiga atau transjender.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas