Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nenek Pengungsi Suriah 115 Tahun Ini Meratap Ingin Bertemu Keluarganya

Eida Karmi menjadi pengungsi tertua asal Suriah yang mengungsi di Pulau Les Bos, Yunani.

Penulis: Hendra Gunawan
zoom-in Nenek Pengungsi Suriah 115 Tahun Ini Meratap Ingin Bertemu Keluarganya
CNN
Eida Karmi 

TRIBUNNEWS.COM, PULAU LESBOS -- Eida Karmi menjadi pengungsi tertua asal Suriah yang mengungsi di Pulau Les Bos, Yunani.

Betapa tidak, wanita ini berumur 115 tahun, bahkan dia lahir pada saat negara Suriah belum ada, saat itu Suriah masih menjadi Kekaisaran Ottoman. Dalam hidupnya, ia telah melalui dua perang dunia dan jatuhnya Kerajaan Ottoman.

Namun perang sipil yang terjadi pada Suriah pada saat inilah yang menjadikan nenek Eida menjadi sangat menderita, karena keluarganya tercerai berai menjadi korban perang. Ia pun harus mengungsi ke Yunani bersama ratusan ribu korban perang lainnya.

Karenanya, nenek Eida di masa tuanya ini hanya menginginkan untuk bertemu dengan anak-anak dan cucunya lagi. Ia pun tak tahu apakah keluarganya itu masih hidup atau tidak, karena perang begitu kejam merenggut semua yang ia miliki.

"Satu-satunya hal yang saya butuhkan dalam hidup sekarang adalah hanya untuk memenuhi anak-anak saya lagi - untuk melihat mereka," kata Eida kepada CNN.

Eida tiba di kamp pengungsi Moria lebih dari sebulan yang lalu berkat kebaikan dari kenalan lama keluarga. Ia dibawa oleh Ahmed dan istrinya, Berivan, mereka membantu membawanya ke Eropa.

Berita Rekomendasi

Ahmed ingat bagaimana ia menggendong Eida di punggungnya untuk beberapa 300 kilometer (atau 186 mil) selama perjalanan panjang mereka dari Suriah.

"Saya menyadari itu benar-benar melelahkan bagi Anda (Ahmed)," ujar Eida.

Selama tiga bulan, Ahmed menempuh perjalanan berbahaya dari Ayn al-Arab ke Turki. Ahmed kemudian mencoba berbagai rute dari Turki hingga akhirnya sampai ke Yunani.

Dia menjelaskan bagaimana mereka awalnya mencoba untuk menyeberang melalui perbatasan darat utara, tapi pemerintah Yunani menolak untuk memungkinkan mereka melalui dan mengirim mereka kembali. Akhirnya Ahmed mengatakan ia membayar penyelundup dan mempertaruhkan nyawa melalui jalur pendek tapi berbahaya yaitu penyeberangan laut.

Eida dan 'keluarga pengganti'nya merupakan hanya tujuh dari 94.642 jiwa, menurut angka terbaru dari UNHCR, yang telah berhasil melakukan perjalanan berbahaya di laut. (CNN)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas