Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perang Irak dan Turki Terancam Pecah Setelah Rebutan Mosul

Ketegangan memuncak setelah Turki mengerahkan, pasukan tank dan artilerinya di sepanjang perbatasan dengan Irak.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Perang Irak dan Turki Terancam Pecah Setelah Rebutan Mosul
nena-news.it
Tentara Irak bersiap mendekati Kota Mosul 

TRIBUNNEWS.COM, BAGHDAD -- Ketegangan melanda pemerintah Irak dan Turki yang kini mulai berebut menjadi "penguasa" Mosul dan sekitarnya setelah ISIS bisa diusir dari kota itu.

Ketegangan memuncak setelah Turki mengerahkan, pasukan tank dan artilerinya di sepanjang perbatasan dengan Irak.

Sementara PM Irak Haider al-Abadi menyatakan, meski negerinya tak ingin berperang melawan Turki, tetapi siap bertarung jika memang diperlukan.

"Kami tak ingin berperang melawan Turki, tetapi jika konfrontasi terjadi, kami sudah siap," ujar PM Al-Abadi dalam jumpa pers di Baghdad.

Konfrontasi kedua negara semakin tajam di saat pasukan Irak dan milisi Syiah, Hashd al-Shaabi bergerak maju menuju kota Tal Afar, untuk memotong jalur pelarian ISIS dari Mosul ke Suriah.

Situasi makin hangat setelah Menlu Turki Mevlut Cavusoglu melontarkan "ejekan" terhadap pemerintah Irak.

"Jika kalian (Irak) memiliki kekuatan, mengapa kalian menyerahkan Mosul kepada organisasi teroris? Jika kalian kuat mengapa pasukan Kurdi menduduki wilayah kalian selama bertahun-tahun?" ujar Cavusoglu.

BERITA REKOMENDASI

Sementara itu, Turki yang menganggap dirinya sebagai pelindung warga Arab Sunni di Mosul dan Irak Utara.

Warga Arab Sunni di Mosul merasa khawatir dengan nasib mereka jika ISIS dikalahkan milisi Syiah dan pasukan Kurdi yang didukung koalisi AS.

Turki saat ini menempatkan 700 personel militer di kota Bashiqa, sebelah utara Mosul untuk melatih milisi Arab Sunni, yang adalah para bekas polisi Mosul, berkekuatan 2.500 personel.

Jumlah personel ini nampaknya tak akan membuat Turki menjadi pemain penting dalam perebutan kota Mosul.

Namun, hal ini bisa berubah jika milisi Syiah ikut menyerang kota Tal Afar yang 80 persen penghuninya adalah Sunni dan etnis Turki.


Jika Mosul jatuh, maka krisis baru kemungkinan besar akan lahir. Sebab, provinsi Nineveh, tempat Mosul berada, dihuni berbagai aliran yang juga saling berperang.

Apalagi kelompok minoritas Yazidi, Kurdi, dan Kristen di wilayah itu menuding warga Sunni membantu ISIS yang beberapa waktu lalu melakukan kekerasan terhadap warga minoritas.

Di sebagian wilayah Nineveh, warga Arab Sunni kabur ke kota Mosul untuk menghindari aksi balas dendam minoritas Kristen dan Shabak yang mayoritas memeluk Syiah, yang kembali bersama pasukan koalisi Irak. (Independent)

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas