Pesan Pengungsi untuk Trump: Yang Membangun AS Itu Pengungsi
Nour Haji, seorang pengungsi dari Suriah, tengah bersyukur dirinya telah melanjutkan hidup di AS sebelum Trump memerintah.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, LOS ANGELES - Presiden AS Donald Trump kabarnya akan menandatangani perintah eksekutif terkait pembatasan imigran ke AS.
Pembatasan dilakukan melalui larangan sementara bagi para pengungsi dan penangguhan visa bagi imigran dari sejumlah negara di Timur Tengah.
Nour Haji, seorang pengungsi dari Suriah, tengah bersyukur dirinya telah melanjutkan hidup di AS sebelum Trump memerintah.
Akhir 2015, Nour Haji bersama ibu dan saudarinya mulai mengadu hidup di Utah, AS, setelah melarikan diri dari Aleppo, Suriah, pada 2012.
Bercerita soal kehidupannya dulu di Suriah, Nour Haji mengenang masa-masa sulit mengadu nasib di daerah konflik perang tersebut.
Menurut Nour Haji, yang menjadi masalah bukan hanya bahaya bom dan serangan lainnya, namun juga kondisi ekonomi yang sulit.
"Tidak ada lagi pekerjaan, rasa aman, uang, dan pemasukan. Pokoknya orang-orang seperti dipaksa meninggalkan tempat itu demi melanjutkan hidup," ujar Nour Haji.
Setelah sempat mengungsi bersama keluarga besarnya ke Turki, Nour Haji memberanikan diri untuk membawa ibu dan saudarinya mengungsi ke AS.
Dua tahun diproses permohonan suakanya oleh PBB, Nour Haji beserta ibu dan saudarinya tiba di Los Angeles, sebelum tinggal di Utah.
Kini, Nour Haji menyayangkan kebijakan Trump yang membatasi pengungsi ke AS, yang artinya tidak ada lagi kesempatan bagi ayah dan saudaranya di Suriah untuk menyusul dirinya pindah ke AS.
Nour Haji berpesan pada Trump untuk tidak mengucilkan pengungsi, yang menurutnya sebenarnya memiliki peran penting bagi eksistensi AS.
"Beberapa ratus tahun lalu, tidak ada yang namanya Amerika Serikat. Yang membangun negara itu justru pengungsi," ucap Nour Haji.
"Saya di sini bekerja seperti warga AS lainnya. Saya bayar pajak, ambil banyak pekerjaan. Saya tak butuh bantuan, hanya jaminan hidup aman," katanya. (LA Times)