Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kaguyabina, Boneka Anak Perempuan Jepang Dalam Bambu Perlambang Kesejahteraan

Festival Hina (Hinasama matsuri) biasa dilakukan 3 Maret mendatang untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kaguyabina, Boneka Anak Perempuan Jepang Dalam Bambu Perlambang Kesejahteraan
Japan Agricultural News
Kaguyabina (Hina ningyo atau boneka puteri) di Perfektur Hyogo mulai dijual. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Sebelum Maret biasanya di Jepang melakulan persiapan pembuatan boneka putri (hinaningyo).

Kali ini di Kamigori Perfektur Hyogo, mousoutiku (bambu hijau hutan tropis Asia) yakni bambu besar hijau terpotong miring berisi Hinaningyo, disebut Kaguyabina mulai dijual.

"Kita siapkan sekitar 1.500 produk tersebut untuk peringatan hinaningyo tersebut," kata pemilik toko kerajinan tangan di Motomachi, Matsui Crafts Co.Ltd, Koji Matsui (79) khusus kepada Tribunnews.com.

Festival Hina (Hinasama matsuri) biasa dilakukan 3 Maret mendatang untuk mendoakan pertumbuhan anak perempuan.

Keluarga yang memiliki anak perempuan memajang satu set boneka (laki-laki dan perempuan) yang disebut hinaningyo. Lambang kesejahteraan bagi anak-anak (putri).

Potongan bambu miring dari sebuah cerita, seorang petani ke hutan melihat ada bambu bersinar, lalu memotongnya dengan katananya (pedang) penampang miring.

Berita Rekomendasi

Lalu terbukalah bambu tersebut, terlihat ada putri dewa kecil bersinar dari dalam bambu tersebut. Petani itu pun menjaga dengan baik dan menjadi kaya raya.

Ide itulah yang mengilhami pembuatan Kaguyabina tersebut.

Baca: Direktur Marketing Hoshino Resorts: Bali Punya Power Luar Biasa Bagi Wisatawan Jepang

Tinggi 20 cm dan diameter 12 cm, berisi boneka laki-laki dan perempuan, keduanya menggunakan kimono gemerlap serta bunga di depannya.

Itulah cerminan dari cerita Taketori Monogatari.

Produk ini terkenal di kalangan gadis dan wanita di Jepang dari generasi ke generasi.

Tidak butuh izin atau tenaga kerja banyak untuk memajang dekorasi ini karena dibuat dengan cara sederhana berupa pekerjaan tangan.

"Sampai dengan 3 April mendatang semoga jumlah 1.500 produk itu mencukupi karena belakangan ini memang semakin trendi sebagai dekorasi corak Jepang yang menarik," tambahnya.

Dijual dengan harga 5.700 yen per buah termasuk biaya pengiriman di dalam negeri Jepang.

"Sampai hari ini hanya orang Jepang saja yang membeli. Ada pula yang membawanya ke luar Jepang buat oleh-oleh. Tapi langsung pembeli dari luar Jepang, apalagi dari Indonesia, belum ada sampai kini," ungkap Matsui.

Untuk pembeli dari Indonesia harus bayar sendiri biaya kirim ke Indonesia. Dengan EMS yang memakan waktu satu minggu sekitar 5.000 yen per satu produk.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas