Cerita Sang Teman Soal Kekhawatiran Kim Jong Nam Atas Keselamatan Dirinya
Kim Jong Nam menghabiskan beberapa tahun terakhirnya bersembunyi dari rezim yang dijalankan saudara tirinya yang diktator.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Khususnya mengenai wawasan dan pandangan politik Kim Jong Nam selama enam tahun saudaranya menjalankan pemerintahan.
Ia pun mengungkapkan kekhawatiran akan hidupnya yang bisa kapan saja berakhir.
"Dia merasa takut. Itu bukan takut menyeluruh tetapi ia paranoid. Dia adalah orang yang secara politis penting. Dia khawatir. Tentu saja dia khawatir, "kata Sahakian.
Memang masih belum jelas alasan mengapa Kim Jong Nam, ahli waris pertama dinasti Kim Jong Il itu dikesampingkan.
Tetapi yang jelas kakek Kim Jong Nam, Kim Il Sung, tidak menyetujui hubungan perkawinan antara Kim Jong Il dengan ibunya yang merupakan aktris film lokal.
Meninggalkan Korea Utara
Kim Jong Nam dipindahkan ke luar negeri, menuju Rusia dan kemudian Swiss, dimana ia belajar bahasa Perancis, Rusia, Jerman, dan Inggris.
Sahakian pertama kali bertemu dengannya ketika berusia 12 atau 13 tahun.
Dia memperkenalkan diri sebagai anak seorang duta besar.
"Pada waktu itu kita tidak tahu persis apa perbedaan antara Korea Utara dan Korea Selatan saat itu," Sahakian mengatakan.
"Dia adalah seorang anak yang sangat hormat, sangat ramah, sangat baik, sangat bagus, sangat murah hati. Disiplin waktu, dimanjakan jelas. Tidak ada yang luar biasa," tambahnya.
Pada saat ia kembali ke rumahnya di Korea Utara, Kim Jong Nam adalah pribadi yang dewasa dan produk yang dibesarkan Eropa.
Menurut memoar bibinya, ia terkungkung oleh sistem isolasi di Korea Utara.
Ia makin terpuruk ketika dia ditangkap menyelinap ke Jepang dengan memakai paspor palsu Republik Dominika pada tahun 2001.
Setelah itu, ia tinggal di pengasingan di Makau, wilayah Cina dekat Hong Kong, di mana dia dan istrinya memiliki anak.