Cerita Sang Teman Soal Kekhawatiran Kim Jong Nam Atas Keselamatan Dirinya
Kim Jong Nam menghabiskan beberapa tahun terakhirnya bersembunyi dari rezim yang dijalankan saudara tirinya yang diktator.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Adi Suhendi
Ia sesekali tinggal di Singapura.
Menurut teman yang lain, Kim Jong Nam memiliki sebuah rumah di Beijing.
Kadang-kadang ia terlihat memakai jeans dan T-shirt di bandara atau restoran dari Paris ke Indonesia, Kim selalu tersenyum sopan kepada wartawan.
Mungkin melihat kesempatan untuk melakukan reformasi ketika kesehatan ayahnya pulih, Kim Jong Nam berbicara pada awal tahun 2011.
Ia bicara mengenai pandangan politik kepada Yoji Gomi, seorang wartawan Jepang, beberapa bulan sebelum Kim Jong Un diangkat sebagai Pemimpin Korea Utara.
Tapi ketika Gomi menerbitkan buku biografinya pada tahun 2012 yang memuat kritik terhadap suksesi kekuasaan Kim Jong Un, Kim Jong Nam tidak tinggal diam.
Setahun kemudian, paman mereka yang merupakan orang nomor dua kala ayah mereka memimpin dieksekusi atas dasar ambisi politik kotor dan serangkaian pembersihan orang-orang di kekuasaan Kim Jong Un.
Setelah itu, Kim Jong-nam menghilang dari peredaran dan menghindari sorotan media.
"Ia menjadi sangat sedih tentang situasi di negaranya. Dia benar-benar merasa sama seperti masyarakat di sana. Hal ini ditambahkan dengan tekanan kepadanya karena ia tidak bisa berbuat apa-apa," kata Sahakian.
Namun, lebih lanjut dia berujar, saudara Kim Jong Nam, katanya, telah menjadi bagian dari sistem monolitik yang dijalankan para Jenderal yang jauh lebih tua di sekelilingnya.
"Saya tidak habis pikir saudaranya menjadi boneka yang dikendalikan mereka," kata Sahakian menirukan omongan Kim Jong Nam saat itu.
Kim Jong Nam dikenal sebagai orang bijaksana yang menginginkan reformasi, tapi merasa tak berdaya.
"Meskipun ia masih memiliki klaim untuk jabatan tinggi sebagai putra sulung, dia tahu dia tidak punya karakter untuk memasuki dunia kejam politik Korea Utara," kata Sahakian. (Guardian)