Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Musim Panen Takenoko di Tokushima Jepang, Meningkatkan Kesejahteraan Petani Setempat

Panen Takenoko menurut Higashimura mulai Desember sampai dengan April setiap tahun.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Musim Panen Takenoko di Tokushima Jepang, Meningkatkan Kesejahteraan Petani Setempat
Richard Susilo
Petani Megumi Higashimura bersiap untuk sedang mencari takenoko (rebung) di hutan bambu Anansi perfektur Tokushima 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Di Indonesia kita sebut rebung, atau Takenoko nama di Jepang.

Takenoko Jepang memang Jadi incaran banyak turis karena rasanya sangat enak dan bahkan bisa mensejahterakan petaninya terutama saat masa panen tiba setiap tahunnya.

"Kalau bulan Desember di akhir tahun, awal mulai panen harganya biasanya mahal sekitar 4000 yen per kilogram karena masih baru mulai panen jumlah masih sedikit. Lalu lama-lama semakin murah karena Takenoko (rebung) semakin banyak," papar Mitsutoshi Murata petugas pemda perfektur Tokushima khusus kepada Tribunnews.com minggu (19/3/2017).

Sehari pada masa panen bisa mencapai 100 kilo dilakukan oleh lima orang yang biasanya dikerjakan bersama-sama oleh masyarakat desa setempat yang jumlahnya sudah jauh semakin berkurang.

"Kita sudah puluhan tahun memang melakukan hal ini untuk memelihara dan memanen Kinoko setiap tahunnya," papar petani Takenoko, di daerah Anansi Tokushima, Megumi Higashimura (69).

Panen Takenoko menurut Higashimura mulai Desember sampai dengan April setiap tahun.

BERITA REKOMENDASI

"Sisa waktu untuk merapikan kembali perkebunan bambu agar terawat tetap baik," lanjutnya.

Bagaimana merawat perkebunan bambu supaya menghasilkan Takenoko yang baik?

"Jarak antar bambu tak boleh terlalu dekat dan terlalu banyak. Apabila berdekatan dan terlalu banyak, maka tumbuhan bambu sekitarnya harus dipotong sehingga jaraknya sekitar satu meter satu sama lain," tambahnya.

Selain itu dilakukan pembakaran bambu yang telah menjadi sampah, atau bambu yang tua dan sudah terpotong, kemudian dijadikan arang bambu.

Arang bambu ini sebenarnya yang terbaik untuk menjadi pembakar sate atau makanan bakaran karena asap yang dihasilkan tidak begitu banyak ketimbang arang kayu biasa.


"Setelah itu, arang bambu di taburkan ke sekitar bambu yang kita pelihara, yang sedang tumbuh berkembang menjadikan seperti pupuk bagi bambu agar tumbuh dengan baik dan sehat," jelasnya lagi.

Dengan perawatan demikian akan semakin menimbulkan kecambah bambu baru atau rebung.

Takenoko yang terbentuk sebagai sayur yang lezat, dengan rasa agak manis, sedap dan enak lembut dimakan seperti yang dirasakan Tribunnews.com saat mencobanya di perkebunan bambu Anansi tersebut.

Takenoko yang dicari, dicangkul, diambil, dibersihkan dari tanah-tanahnya lalu direbut beberapa waktu.

Setelah itu kulit luarnya dikupas sehingga terlihat menjadi rebung yang putih semua dan siap disantap. Apalagi kalau pakai sambel, wah pasti bertambah lezat.

Apabila dijual ke pasar, harganya bisa mencapai 4000 yen sekilo di saat mulai panen. Bisa dihitung sendiri panen 100 kilo per hari, berapa kira-kira pendapatan penduduk setempat per bulan hanya dari menjual rebung tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas