Qatar Suntik Investasi ke Inggris 6,3 Miliar Dolar AS
Inggris keluar dari Uni Eropa, setelah pada tahun 1973 bergabung dalam kelompok tersebut.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Pemerintah Qatar berencana membenamkan investasi senilai 5 miliar atau setara US$ 6,3 miliar ke Inggris.
Dana tersebut merupakan komitmen dukungan Pemerintah Qatar kepada Inggris, pasca negeri Ratu Elizabeth tersebut memutuskan keluar dari keanggotaan Uni Eropa (UE) atau terkenal dengan sebutan British Exit (Brexit).
investasi Qatar di Inggris saat ini mencapai total 40 miliar dolar AS. Sejumlah aset berbentuk properti landmarks bernilai tinggi di London, seperti The Shard yang merupakan bangunan pencakar langit tertinggi di Eropa.
Aset lain adalah Harrods Department Store, Savoy Hotel dan Canary Wharf yang merupakan distrik berbasis finansial.
Reuters, Senin (27/3/2017) melansir, Sheikh Abdullah bin Nasser bin Khalifa al-Thani selaku Perdana Menteri Qatar menyatakan, dana senilai 5 miliar itu akan digulirkan Pemerintah Qatar sepanjang lima tahun ke depan.
Abdullah bin Nasser merasa tidak menaruh keraguan bahwa London tetap bisa menjadi pusat keuangan dunia, penantang dominasi New York, pasca keluar dari Uni Eropa.
Inggris keluar dari Uni Eropa, setelah pada tahun 1973 bergabung dalam kelompok tersebut.
Dukungan Qatar memang tak kali ini saja. Qatar bahkan sempat mengadakan konferensi di London, pada 23 Juni 2017 saat referendum masyarakat Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa.
Sheikh Abdullah bin Mohammed bin Saud al-Thani, Chief Executive Officer Qatar Investment Authority dalam konferensi tersebut menyatakan, terus mencari peluang investasi di Inggris.
"Bila Pemerintah Inggris membutuhkan, setiap waktu kami siap," terang Abdullah bin Mohammed, yang memimpin perusahaan dengan dana kelolaan US$ 335 miliar itu.
Pemasok gas
Hubungan bisnis antara Qatar dan Inggris memang cukup erat. Sebab, kebutuhan impor gas alam cair atawa liquefied natural gas (LNG) Inggris selama ini, sebanyak 90%-nya dipasok oleh Qatar.
Pada saat sesi wawancara dengan Reuters, Senin (20/3), Menteri Energi Qatar, Mohammed bin Saleh al-Sada menyatakan pasca Brexit industri manufaktur dan industri di Inggris justru akan berkembang lebih pesat.
Akibat dari pertumbuhan tersebut, kebutuhan energi di Inggris juga tetap akan meningkat.
Qatar mengapresiasi langkah Inggris menyepakati perjanjian perdagangan bebas dengan enam negara yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council, yang diantaranya adalah Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.
Qatar dan juga negara Timur Tengah lainnya memang tengah berusaha mendiversifikasi pendapatan, tidak hanya dari perdagangan minyak dan gas (migas) saja.
Sebab, kejatuhan harga minyak dalam dua tahun terakhir telah menyebabkan kondisi keuangan mereka terbebani.
Qatar pun berupaya keras diversifikasi pendapatan terjadi, salah satunya adalah menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Reporter: Yuwono Triatmodjo