Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Panas 400 Derajat, Pekerja Kulit Kue Tradisional Jepang Tetap Menjalani Seumur Hidupnya

Mesin pencetak selalu panas sekitar 400 derajat celcius membuka dan menutup otomatis.

Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Panas 400 Derajat, Pekerja Kulit Kue Tradisional Jepang Tetap Menjalani Seumur Hidupnya
Richard Susilo
Tsuneo Marui (67) generasi kedua Marui Shoten, melakukan pembuatan kulit kue tradisional Jepang sejak Sekolah Dasar 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Panas alatnya 400 derajat celcius. Tapi tiap hari ditekuninya sejak Tsuneo Marui (67) masih sekolah dasar, meneruskan kerja ayahnya, membuat kulit kue tradisional Jepang yang dinamakan monaka.

Apakah monaka? Wagashi (kue tradisional Jepang buat penutup, usai makan) yang manis terbuat dari kacang (Jepang) azuki, selai kacang yang dijepit atau dimasukkan ke dalam dua wafer renyah tipis terbuat dari mochi (kue beras).

Monaka juga dapat diisi dengan bahan lain di dalamnya seperti es krim, selai straberry dan sebagainya.

Terpenting adalah penutup wafer tersebut (kulit monaka) yang dibentuk dengan motif atau bentuk beraneka ragam.

Monaka biasanya disajikan dengan teh. Umumnya diual hanya di Jepang pada toko khusus monaka saja, karena variasinya bisa beraneka ragam banyak sekali, mulai variasi kulit (wafers penutupnya) maupun variasi isinya.

Nah, Marui Shoten yang dipimpin Tsuneo itulah khusus hanya membuat kulit monaka yang dilakukan sedikitnya sejak 67 tahun lalu, karena kini sudah generasi ketiga yang ikut membantu mengerjakannya, khususnya anak kedua, Ryuhei (dari tiga anak Tsuneo).

BERITA REKOMENDASI

"Anak pertama kakak saya lelaki menjadi karyawan kantor, yang ketiga wanita tidak melakukan, hanya saya yang meneruskan kerja ayah dan saya akan melakukannya juga sampai tua nanti meneruskan karya ayah ini," papar Ryuhei yang punya tidak anak (lelaki, wanita, lelaki) khusus kepada Tribunnews.com Rabu ini (5/4/2017).

Kulit monaka dibuat dari mochi yang juga dibuat Tsuneo sendiri sejak pagi hari.

Lalu mochi dipotong-potong kecil dengan ukuran sekitar 4cmX1cm dengan ketebalan sekitar 4mm.

Setelah itu potongan mochi dimasukkan ke dalam mesin moulding (cetakan) yang berputar otomatis dengan waktu tertentu.

Mesin pencetak selalu panas sekitar 400 derajat celcius membuka dan menutup otomatis.

Setelah dimasukkan ke empat cetakan dengan model tertentu, plat cetakan penutup menutup otomatis, memutar sambil memanaskan mochi tersebut sekitar 30 detik dan pelat cetak membuka kembali, jadilah wafers kulit monaka tersebut.

Saat menaruh pakai tangan, pengambilanpun pakai tangan di keadaan sangat panas.

Tak heran tangan Tsuneo pun sangat merah seperti kepiting rebus.

"Sudah biasa saya begini ya sudah dijalani puluhan tahun ya, paling juga sedikit-sedikit terbakar kulit karena tersentuh mesin cetak panas ini, tapi tak pernah sekali pun sampai kejepit mesin cetak ini. Itu repot urusannya kalau sampai kejepit mesin panas sekali ini," paparnya sambil tersenyum.

Itulah kerjanya selama puluhan tahun, membuat kulit monaka yang tak ada rasanya namun renyah dan enak seperti diberikan satu kulit monaka kepada Tribunnews.com, "Hati-hati panas lo," tekannya mengingatkan.

Panas memang karena baru jadi, tapi enak sekali kulit monaka yang garing ini walau tak ada rasanya, hanya rasa mochi, beras ketan Jepang yang kering gurih saja.

Dari penutup monaka itulah, toko Wagashi memasukkan bahan lain sesuai keinginan tamu atau pemesan, umumnya kacang azuki atau kacang merah Jepang yang manis dan berbentuk seperti selai kental sekali.

Ada pemesan dari Indonesia?

"Belum ada, tetapi bisa pesan lewat internet. Kalau lewat toko hanya di sini saja," jelasnya lagi.

URL tokonya mudah diingat karena nama perusahaannya, http://maruishoten.co.jp/. Semua berbahasa Jepang. Jadi bagi yang tak mengerti bahasa Jepang sebaiknya bersama teman yang mengerti bahasa Jepang untuk pemesanan kulit monaka tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas