Zaman Telah Berubah, Pendidikan Yakuza Jepang Harusnya Dilakukan, Kenyataannya?
Namun keadaan mafia Jepang (Yakuza) harus bisa tetap menjaga jiwa ksatrianya sesuai budaya Jepang
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Tokyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Keadaan saat ini jauh sudah berubah dibandingkan puluhan tahun lalu.
Namun keadaan mafia Jepang (Yakuza) harus bisa tetap menjaga jiwa ksatrianya sesuai budaya Jepang, punya gengsi yang tinggi dan menjaga lingkungan dalam dan luarnya dengan baik.
Pendidikan ini yang mulai luntur saat ini.
"Anak muda Yakuza sekarang jauh berbeda dibandingkan puluhan tahun lalu. Pikirannya cuma uang saja dan kekerasan. Mereka seharusnya perlu dididik oleh para seniornya dengan baik disesuaikan dengan situasi kondisi saat ini yang sudah berbeda," papar mantan pimpinan mafia Jepang (yakuza) yang berafiliasi ke Yamaguchigumi (peringkat ketiga), bekas bos Watanabe-gumi di Hyogo dan pimpinan Sato-gumi, Sugawara Ushio (52), khusus kepada Tribunnews.com sore ini (11/4/2017).
Dengan pendidikan sebagai anggota yakuza yang baik di masyarakat maka bisnis yang akan dilakukan juga akan semakin baik, citranya juga akan semakin baik, tambahnya.
"Namun pimpinan yakuza sekarang kurang bisa mendidik, di samping kesibukan cari uang dan benturan perang antar geng saat ini sehingga menguras pikiran dan tenaga mereka, tak ada waktu lagi melakukan pendidikan. Bagi yang muda pun juga merasa tak perlu pendidikan yang penting cari duit bisa setor ke atasannya saja. Serba susah memang keadaannya saat ini," lanjutnya.
Meskipun demikian diakuinya kelompok yakuza yang dipimpinnya dulu di Hyogo biasanya melakukan pertemuan untuk dua kali sebulan semacam bengkyo-kai (kelompok belajar) untuk saling tukar pikiran dan meningkatkan ilmu masing-masing, mencari strategi bersama bagaimana sebaiknya berusaha di tengah masyarakat sebagai anggota yakuza.
"Apalagi kini peraturan pemerintah Jepang yang membatasi gerak yakuza semakin menyulitkan mereka dan jelas cari uang pun semakin susah saat ini. Jadi memang fokus cari uang mendominasi kehidupan para anggota yakuza saat ini. Sementara citranya menjadi turun terus gara-gara kelakuan yang keras banyak anggota yakuza dalam mencari uang, masukan, yang akan disetorkan pula kepada atasannya," diakuinya lagi.
Menurut Sugawara, hal ini juga disampaikan kepada pimpinan yakuza yang ada saat ini, sebaiknya pimpinan yakuza menyempatkan diri mendidik bawahannya dan bawahannya mendidik bawahannya lagi.
"Juga terbuka kepada media untuk menjelaskan keadaannya saat ini. Tapi pimpinan yakuza kini banyak yang enggan berhubungan berkomunikasi dengan media pula. Akibatnya muncul berita yang beraneka ragam dari media dan sering tidak benar sehingga semakin merusak menjatuhkan citra yakuza itu sendiri pada akhirnya."
Salah satu keengganan bicara kepada media juga karena adanya perpecahan di antara kelompok Yamaguchigumi sejak Agustus 2015 di mana bos Yamaguchigumi Shinobu Tsukasa memecat 13 pimpinan dan kelompok di dalamnya sehingga September 2015 membentuk Kobe Yamaguchigumi (KY) dipimpin Kunio Inoue yang juga bos Yamaken gumi.
Kedua anak buah geng inilah bentrok dan saling tarik sehingga saat ini lebih dari 100 kasus benturan perkelahian dan tindak pidana lagi terjadi sebagai keributan antar geng tersebut di Jepang.
Info lengkap yakuza dapat dibaca di www.yakuza.in