Apa yang Dilakukan Militer Korsel Jika Korut Menyerang dengan Rudal Balistik?
Jika payung rudal belum cukup, AU Korsel mempersiapkan F-15K Eagle yang bisa mencegat serta menembak jatuh rudal balistik di trayektorinya.
Editor: Malvyandie Haryadi
TRIBUNNEWS.COM - Diktator Korea Utara (Korut) Kim Jong Un terus-menerus mencari perkara dengan Korea Selatan (Korsel).
Negara tetangganya tersebut tentu saja harus siap sedia waspada menghadapi agitasi, provokasi, dan tindakan keji Korut.
Beberapa kali serangan yang dilakukan Korut pasca gencatan senjata Perang Korea, seperti serangan ke istana Kepresidenan Korea Blue House dan juga peristiwa pengkaraman kapal korvet ROKS Cheonan pada 26 Maret 2010, membuktikan bahwa ancaman dari Korut benar-benar nyata.
Setelah berkali-kali diprovokasi dengan uji coba nuklir bawah tanah, Korsel akhirnya mengumumkan kalau militernya sudah menyiapkan tiga jurus sakti untuk mengalahkan arsenal nuklir Korut jika memang diperlukan.
Tiga jurus sakti itu adalah serangan pendadakan dan pendahuluan yang disebut dengan Killchain Preemptive Strike System (KPSS), jejaring pertahananan berbasis pesawat tempur dan rudal atau Korean Air and Missile Defense (KAMD), serta serangan balasan masif atau Korea Massive Punishment and Retaliation (KMPR).
Ketiga sistem ini didesain secara seiring dan seirama untuk memastikan bahwa setidaknya Korut akan menerima balasan setimpal kalau mereka sampai berani menyerang Korsel.
Sistem pertama, KPSS adalah sistem berbasis satelit intelijen dan mata-mata yang akan mengawasi ketat lokasi-lokasi yang dicurigai sebagai silo peluncuran rudal milik Korut.
Jaringan satelit mata-mata ini akan didukung lagi oleh pesawat AEW&C (Airborne Early Warning & Control) yang siaga berpatroli 24 jam di garis perbatasan.
Ketika nampak ada aktivitas persiapan peluncuran, seperti pengisian bahan bakar rudal, maka Korsel akan segera melakukan pendadakan dengan meluncurkan rudal balistik Hyunmoo.
Rudal tersebut akan menetralisir rudal-rudal balistik Korut sebelum sempat diluncurkan.
Untuk mendukung sistem ini, Korsel berencana meluncurkan atau menyewa setidaknya 5 satelit mata-mata sampai dengan tahun 2022.
Sementara sistem KAMD mengandalkan payung rudal anti rudal balistik Patriot PAC-3 dan juga sistem THAAD (Terminal High Altitude Area Defense). Sistem ini sudah mulai beroperasi pada bulan Maret 2017.
Gabungan antara PAC-3 dan THAAD dianggap masih mumpuni untuk mencegat rudal balistik Korut di titik orbit sebelum membahayakan di wilayah udara Korsel.
Jika payung rudal belum cukup, AU Korsel mempersiapkan F-15K Eagle yang bisa mencegat serta menembak jatuh rudal balistik di trayektorinya.
KAMD mengandalkan lima sistem radar peringatan dini. Radar ini dapat menjejak dan mengikuti rudal balistik Korut sejak meluncur sampai dengan masuk orbit dan memberikan solusi titik pencegatan optimal bagi sistem THAAD dan PAC-3.
Sementara untuk KMPR, Korea Selatan mempersiapkan serangan balasan dengan mengandalkan rudal jelajah taktis Taurus KEPD. Korea membeli rudal plus lisensinya untuk dipasang ke F-15K.
Taurus KEPD memiliki jarak efektif 500 km dan mampu terbang sangat rendah mengikuti kontur permukaan bumi sehingga sangat sulit untuk dicegat.
Selain Taurus, Korsel juga mengandalkan rudal Hyunmoo-2 dan Hyunmoo-3 untuk mengeliminasi seluruh situs rudal berikut lokasi persembunyian yang diduga akan dipakai Kim Jong Un dan para Jenderal-jenderalnya kalau mereka berani melancarkan serangan ke Korea Selatan.