Cerita Penerjemah FBI yang Menderita dan Menyesal Telah Nikahi Militan ISIS
Kisahnya bermula dari dirinya yang jatuh hati pada seorang militan ISIS yang dimata-matainya, Abu Talha Al-Almani.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Seorang penerjemah Biro Investigasi Federal (FBI) mengungkap penyesalannya karena pernah menikah dengan seorang militan ISIS.
Daniela Greene, sang penerjemah, membagikan kisahnya yang baru-baru ini terungkap setelah sempat menghilang secara misterius dalam misinya di Suriah pada Juni 2014.
Kisahnya bermula dari dirinya yang jatuh hati pada seorang militan ISIS yang dimata-matainya, Abu Talha Al-Almani.
Abu Talha Al-Almani merupakan nama lain dari Denis Cuspert, mantan penyanyi rap Jerman yang menjadi mualaf dan bergabung dengan ISIS.
Sebagai seorang mantan bintang rap bernama panggung Deso Dogg, Denis Cuspert berperan cukup besar dalam perekrutan militan ISIS dari Jerman.
Denis Cuspert bahkan beberapa kali muncul dalam video propaganda ISIS.
Daniela Greene dan Denis Cuspert sempat beberapa kali berkomunikasi secara privat lewat Skype.
Kepincut sang rapper, Daniela Greene kemudian setuju untuk menikahinya dan mencari cara untuk menyelinap ke Suriah untuk bertemu Denis Cuspert.
Daniela Greene pamit pada koleganya kantor cabang FBI tempatnya bekerja di Detroit, AS, mengatakan bahwa dirinya hendak terbang ke Jerman untuk menemui orangtua.
Namun, Daniela Greene sebenarnya terbang ke Turki dan pergi ke perbatasan Suriah untuk menemui Denis Cuspert.
Tiba di Suriah pada 27 Juni 2014, Daniela Greene kemudian menikahi Denis Cuspert dan hilang kontak dengan keluarga dan kolega.
Namun, beberapa hari saja di Suriah, Daniela Greene tak tahan dan ingin keluar dari Suriah.
Agustus 2014, Daniela Greene akhirnya memutuskan pulang ke AS dan menyerahkan dirinya untuk ditangkap otoritas AS.
Daniela Greene kemudian mengakui kesalahannya dan divonis dua tahun penjara, hukuman yang kini sudah selesai dijalaninya.
"Saya merasa menderita dan tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi itu semua. Saya menyesali semua kekacauan yang saya buat," tutur Daniela Greene, mengungkap kisahnya.
"Lingkungan saya di sana sangatlah keras dan saya tak tahu harus berapa lama saya harus bertahan di sana," katanya lagi. (Telegraph/AFP)