Dikepung Tentara, Digempur Serangan Udara 2 Pekan, Mengapa Marawi Tak Kunjung Dikuasai?
Apa yang menyebabkan militer Filipina belum berhasil sepenuhnya mengusir milisi?
Editor: Hasanudin Aco
"Cara mereka merekrut anak-anak muda seperti tukang sihir," kata Solitario.
"Mereka mencoba menginfiltrasi sekolah-sekolah terbaik. Gerakan mereka seperti virus, Anda tak bisa menghentikannya hanya dengan senjata," katanya.
Fakta ini membuktikan sudah ada aliansi antara kelompok-kelompok di Mindanao dan Sulu, yang semuanya sudah mengikrarkan sumpah setia ke kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS).
Pemimpin milisi di Marawi adalah Isnilon Hapilon, yang juga adalah panglima militer Abu Sayyaf.
Namun faktor utama di balik kekuatan milisi di Marawi adalah Maute bersaudara, anggota klan terhormat keluarga Maranao, yang mengenyam pendidikan di Timur Tengah.
Omar Solitario, mantan petempur Moro yang sekarang menjadi politikus dan pebisnis di Marawi, mengatakan kelompok milisi sangat pintar merekrut anak-anak muda.
"Cara mereka merekrut anak-anak muda seperti tukang sihir," kata Solitario.
"Mereka mencoba menginfiltrasi sekolah-sekolah terbaik. Gerakan mereka seperti virus, Anda tak bisa menghentikannya hanya dengan senjata," katanya.
Baik Lucman maupun Solitario memiliki hubungan keluarga dengan Maute bersaudara dan keduanya diminta pemerintah Filipina untuk menjadi mediator, namun milisi pimpinan Maute tak tertarik berdialog.
'Ingin jihad'
Bagi anak-anak muda yang menjadi anggota kelompok militan, generasi lama yang berhasil meneken perjanjian damai dengan pemerintah dianggap terlalu lunak dan 'tak teguh memegang perjuangan'.
Generasi baru yang frustrasi ini memilih jalan berbeda, jalan yang lebih keras.
Lucman bertemu dengan anak-anak muda ini dan meminta mereka menghentikan perjuangan dengan imbalan akan dilindungi oleh komunitas Muslim di Marawi.