Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kondisi Raqqa, Ibu Kota ISIS, Dikenal Kota Maut, Siapa Pun Bisa Mati Setiap Saat

Seorang pegiat secara diam-diam merekam suasana kota dan berhasil membawa rekaman ini ke Turki.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Kondisi Raqqa, Ibu Kota ISIS, Dikenal Kota Maut, Siapa Pun Bisa Mati Setiap Saat
AFP
Dua orang anggota polisi ISIS menghentikan kendaraan di salah satu titik kota Raqqa, Suriah utara. 

Mereka ini, katanya, melakukan hal-hal yang bisa dianggap sebagai bentuk atau simbol perlawanan terhadap ISIS, meski tindakan itu sepele.

Misalnya menulis grafiti di tembok kota.

"Intinya adalah, kami ingin menunjukkan bahwa ISIS tidak diterima di Raqqa."

Bagi para aktivis, kesulitan terbesar yang mereka hadapi adalah mengirim informasi keluar.

"ISIS mengontrol siapa saja, apa saja. Mereka akan melakukan tindakan apa pun untuk memastikan warga kota tidak berkomunikasi dengan dunia luar," kata aktivis tersebut.

Ia juga mengatakan suasana waspada sangat terasa, seakan-akan kota harus disiapkan setiap saat untuk menghadapi pertempuran.

"Rasanya sudah siap perang, siap bertempur di jalan-jalan," katanya.

Berita Rekomendasi

Kota maut

Hal lain yang juga tampak di video ini adalah sejumlah keluarga mengepak barang dan meninggalkan Raqqa dengan menggunakan mobil atau truk.

Di pinggiran Raqqa, puluhan ribu orang terlebih dulu mengungsi seiring dengan makin intensifnya pertempuran.

"Yang paling berat menanggung penderitaan adalah warga yang terjebak di Raqqa. Mereka dibom. Kondisi mental anak-anak mengenaskan," kata aktivis Raqqa.

"Ini adalah kota maut, siapa pun bisa mati setiap saat."

Koalisi yang memerangi ISIS di Suriah dan Irak meningkatkan serangan udara di sekitar Raqqa dalam beberapa pekan terakhir yang dilaporkan memicu peningkatan jumlah korban di kalangan warga sipil.

Pada Senin (5/6/2017), organisasi HAM mengatakan satu serangan udara menewaskan setidaknya 17 warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak, yang tengah meninggalkan Raqqa dengan menyeberangi Sungai Efrat.

Menurut PBB, 100.000 orang menyelamatkan diri dari Raqqa sejak April untuk menghindari pertempuran.

Di dalam kota, harga pangan naik dan pasok air bersih hanya tersedia rata-rata hanya empat jam per hari.

Selain itu, Raqqa juga menghadapi kelangkaan tenaga medis dan obat-obatan.

Sumber: BBC Indonesia
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas