Sepak Terjang Maute Bersaudara Menjadi Pimpinan Teroris di Marawi, Ceritanya Sungguh Tak Disangka
Sepak terjang kakak beradik Omarkhayam dan Abdullah Maute di Marawi, Filipina selatan, dimulai bertahun-tahun lalu.
Editor: Hasanudin Aco
Pada 2012, kelompok Maute muncul sebagai kelompok kecil dalam pemberontakan milisi Muslim Mindanao. Seiring berkembangnya popularitas kelompok yang menyebut diri mereka Negara Islam atau ISIS di Suriah dan Irak, kelompok Maute turut naik kelas.
"Saya kira yang membuat kelompok Maute dari kumpulan kerabat menjadi ancaman militer serius adalah kemunculan ISIS di Timur Tengah," terang Sidney Jones.
Sekutu utama kelompok Maute adalah Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok Abu Sayyaf di Mindanao. Oleh ISIS, Hapilon dijadikan pemimpin di Filipina dan diyakini berada di Marawi bersama Maute bersaudara.
Akan tetapi, Sidney Jones mengatakan kepemimpinan ISIS di Filipina telah beralih dari Hapilon ke Maute bersaudara lantaran mereka praktis mengendalikan Marawi.
Sebuah rekaman video yang diperoleh militer Filipina menunjukkan Abdullah Maute berdiri dan memberikan instruksi aksi serbuan, sementara Hapilon duduk dan mendengarkan.
Menurut Jones, Maute bersaudara berhasil menjadikan Filipina selatan sebagai basis ISIS sekaligus memikat milisi asing dari Chechnya, Libia, Indonesia, dan Malaysia.
"Sejauh ini semua orang risau dengan ancaman milisi asing yang pulang dari Suriah dan Irak. Namun, tiba-tiba ancaman yang lebih besar justru datang dari milisi asing yang datang ke Mindanao dan tidak pernah menginjakkan kaki di Timur Tengah."
"Marawi telah menjadi tujuan baru untuk berjihad."
Asal kebencian
Hingga kini, orang-orang Mindanao tidak habis pikir bagaimana Maute bersaudara bisa menjadi begitu radikal.
Selang 20 tahun setelah lulus dari SMA Kristen Dansalan College, Omarkhayam dan Abdullah Maute membawa bendera ISIS dan membakar almamater mereka.
"Kami tidak paham dari mana kebencian mereka berasal," kata Zia Alonto Adiong, seorang anggota parlemen daerah di Mindanao.
Duma Sani, mantan dekan di Universitas Mindanao, memiliki putri yang satu angkatan dengan Maute bersaudara di sekolah. Menurutnya, warga setempat tidak mendukung ideologi yang diusung Omarkhayam dan Abdullah Maute.
"Orang-orang ini adalah anak muda yang punya pemahaman sendiri soal Al-Quran dan tidak menghormati sesepuh mereka," kata Sani kepada AFP.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.