Dalam Semalam Saja, Pasukan Kepolisian Duterte Tewaskan 32 Terduga Penjahat Narkoba
Dalam waktu semalam saja, pasukan Kepolisian Filipina menewaskan 32 terduga penjahat narkoba di negara tersebut.
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania
TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Dalam waktu semalam saja, pasukan Kepolisian Filipina menewaskan 32 terduga penjahat narkoba di negara tersebut.
Puluhan orang tewas dalam serangkaian operasi penggerebekan terkait dugaan kasus narkoba di Provinsi Bulacan, sebelah utara Manila, Filipina.
Operasi dilakukan Senin (14/8/2017) malam sampai Selasa (15/8/2017) dini hari, dalam rangka upaya Presiden Filipina Rodrigo Duterte memerangi peredaran narkoba di negaranya.
Ini merupakan pencapaian terbesar setelah operasi kepolisian pada 30 Juli yang menewaskan 16 orang, termasuk di antaranya seorang wali kota.
Baca: Kepolisian Filipina Bunuh 21 Orang Terkait Kasus Narkoba Dalam Satu Malam
Inspektur kepolisian Romeo Caramat, Rabu (16/8/2017), mengatakan bahwa 67 operasi dilakukan di beberapa titik di Bulacan.
Puluhan operasi kepolisian tersebut menewaskan 32 orang terduga penjahat narkoba karena terlibat konflik dengan polisi, sedangkan 109 orang lainnya ditangkap.
Informasi tersebut memperbarui data terakhir dari polisi yang menyebut bahwa ada 26 operasi dilakukan di 12 kota dan menewaskan 21 orang.
Baca: Kakek 76 Tahun Menangkan Kontes Ketampanan di Brasil, Seperti Ini Tampangnya
Selain itu, polisi juga dikatakan menyita 21 senjata api dan sekitar 100 gram metamfetamin, alias sabu.
Bulacan merupakan provinsi berpenduduk 3,3 juta jiwa, di mana sejumlah penangkapan dan pembunuhan terduga penjahat narkoba terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini.
Selain bersumpah untuk melindungi rakyatnya dari ancaman narkoba, Duterte juga berjanji untuk melindungi polisi yang membunuh penjahat-penjahat narkoba atas perintahnya.
Menurut catatan Pemerintah Filipina, sebanyak 3.451 terduga penjahat narkoba tewas dalam operasi kepolisian, sejak Duterte menjabat pada Juni lalu hingga 26 Juli 2017. (The Guardian)