Kotak Putih di Jepang Bukan Tempat Sampah Tapi untuk Barang dan Buku Porno Sebelum Didaur Ulang
Buku-buku yang sudah tidak terpakai terutama buku porno dibuang di kotak surat putih (shiroi posuto) lalu didaur ulang.
Editor: Dewi Agustina
Pada tahun 1950 industri penerbitan buku serta Asosiasi Orangtua Murid (PTA) berusaha mengantisipasi wabah komersialisasi seks dan kekerasan. Terutama soal penerbitan buku porno.
Barulah muncul secara resmi dan mulai populer tahun 1961 kotak pos putih, dikenal sebagai tempat pembuatan buku porno tersebar di berbagai tempat.
"Bagus bukan adanya kotak pos putih? Dari pada buang sembarangan bisa dilihat anak-anak kurang baik. Lagi pula beli sendiri pakai uang sendiri, tidak dibaca lagi ya dibuang sendiri, tak apa-apa bukan?" kata Watanabe seorang ibu rumah tangga Jepang kepada Tribunnews.com menanggapi kotak pos putih ini.
Cetakan buku porno dalam bentuk gambar di kayu dan sebagainya sebenarnya sudah ada sejak jaman Edo Jepang yaitu sekitar tahun 1603-1868.
Bahkan ada perpustakaan di Jepang yang berisikan buku-buku porno bisa dibaca gratis rakyat Jepang di sudut tertentu.
Lalu di tahun 1960-an, muncul buku komik porno dan tahun 1980-an muncul film DVD porno di Jepang semakin merebak luas.
Menyusul film porno akhirnya menjadi gratis dapat dilihat gratis di internet di Jepang. Padahal sebelumnya tahun 1990-an muncul di internet dengan keharusan membayar.
Kotak pos putih ini banyak dijumpai di daerah di luar kota besar Tokyo dan Osaka. Masih bisa dijumpai seperti di Kochi, Yamanashi, Hiroshima dan sebagainya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.