Bangladesh Kebanjiran 400 Ribu Pengungsi Rohingya, Pengungsi Tidur di Hutan dan Semak Belukar
Terlalu banyak menangani pengungsi Rohingya asal Myanmar dan kekurangan dana, badan-badan bantuan di Bangladesh kewalahan.
Editor: Hasanudin Aco
"Saya sudah tiga hari berada di kamp ini dengan kelima anak saya. Yang bungsu sedang sangat sakit dan kekurangan gizi. Saya khawatir anak saya akan meninggal jika saya bertahan di kamp ini dan tidak mendapat bantuan apapun,” kata Anasar Begum, seorang pengungsi Rohingya.
Wujud bantuan kemanusiaan resmi hampir tidak ditemukan di kamp-kamp baru pengungsi Rohingya.
Kekurangan dana sebesar 77 juta dolar, PBB mengaku tidak siap memenuhi tuntutan populasi pengungsi yang terus bertambah.
Bantuan air minum untuk sebuah tempat penampungan dekat Uchi Prank mengundang kerumunan pengungsi yang jauh lebih banyak dari seharusnya.
Setelah mengantri berjam-jam, beberapa orang terpaksa pulang dengan tangan hampa.
"Kami kesulitan. Seperti halnya badan-badan bantuan lain, saya yakin kita semua kekurangan sumber daya. Kita memerlukan segera sumber daya,” ungkap Azmat Ulla dari Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah.
Sementara organisasi bantuan menunggu masuknya dana, rakyat Bangladesh memberi bantuan.
Setiap hari, ratusan warga bahu membahu membagikan makanan, air dan sandang yang mereka beli dari pasar setempat.
Namun seberapa pun murah hatinya warga Bangladesh, mereka tidak akan mampu menangani populasi pengungsi yang terus bertambah.
Bila bantuan resmi tidak ditingkatkan dengan segera, krisis kemanusiaan ini bukan tidak mungkin berubah menjadi bencana kemanusiaan. [ab/uh]