Dua Ekor Panda yang Dipinjamkan ke Indonesia Tetap dalam Pengawasan Tiongkok
seorang pejabat pemerintah Jepang mengingatkan agar pemerintah Indonesia membaca kembali kontrak pinjaman panda dari Tiongkok tersebut.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kedatangan binatang panda dari Tiongkok, Kamis (28/9/2017) dapat sambutan hangat di Indonesia.
Namun seorang pejabat pemerintah Jepang mengingatkan agar pemerintah Indonesia membaca kembali kontrak pinjaman panda dari Tiongkok tersebut.
"Itu pinjaman dari Tiongkok seperti juga Jepang dapat pinjaman panda dari Tiongkok, dengan alasan kerja sama dan hubungan baik. Namun segalanya menjadi kontrol Tiongkok selama menjadi barang pinjaman tersebut," ungkap sumber tersebut.
Apa maksud kontrol tersebut?
"Kontrol itu termasuk penamaan nama panda yang baru lahir harus dari Tiongkok meskipun berada di negara lain," jelasnya.
Baca: Sempat Jatuh di Kamar Mandi, Tangan Setya Novanto Dipasangi Stiker Fall Risk
Tanggal 12 Juni lalu seekor panda baru lahir di kebun binatang Ueno Tokyo.
Pihak kebun binatang dan pemda Tokyo mengumumkan kesempatan masyarakat Jepang memberikan contoh nama yang diinginkan.
Mulai 28 Juli 2017 dibuka usulan nama dari masyarakat umum.
Baca: Taman Safari Cisarua Segera Pelihara Sepasang Panda dari Tiongkok
Terkumpul sekitar 320.000 nama usulan dan dipilih 100 nama.
Lalu diseleksi lagi oleh tim khusus yang dipimpin aktris terkenal dan senior di Jepang Tadako Kuroyanagi, bersama Kepala Kehormatan Asosiasi Perlindungan Panda Jepang, mengambil 8 nama pilihan.
Setelah konsultasi dengan pemerintah Tiongkok akhirnya panda yang baru lahir dinamakan Shan Shan secara resmi Senin (25/9/2017) lalu.
Baca: Oknum Polisi Tembak Warga hingga Tewas, Diringkus saat Sembunyi di Rumah Ibunya
Dua nama yang paling banyak dari masyarakat sebenarnya Ton Ton dan Yu Yu.
"Tiongkok tidak menyetujui usulan dari masyarakat Jepang itu, dan memaksa meminta agar Shan Shan namanya," jelas dia.
Diakuinya banyak masyarakat Jepang tidak suka dan kesal karena nama Tiongkok itu tidak sesuai dengan keinginan sebagian besar masyarakat Jepang.
"Itulah kontrol yang dilakukan Tiongkok terhadap barang miliknya. Apa boleh buat kita pinjam kok ya. Jadi jangan sebut sebagai bentuk persahabatan dong kalau demikian," kata dia.