Penembakan Las Vegas Tewaskan 59 Orang, Trump Minta Warga AS Tetap Bersatu
Peristiwa penembakan terjadi di dekat Hotel dan Kasino Mandalay Bay, sebuah resort di Las Vegas
Penulis: Ruth Vania C
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, NEVADA - Presiden AS Donald Trump meminta warga AS agar tetap bersatu atas insiden penembakan di sebuah festival musik di AS yang sudah menewaskan 59 orang.
Peristiwa penembakan terjadi di dekat Hotel dan Kasino Mandalay Bay, sebuah resort di Las Vegas, Nevada, AS, Minggu (1/10/2017) malam.
Semua berawal saat suara tembakan terdengar di tengah gelaran sebuah festival musik country, Route 91 Harvest, yang diadakan di seberang Mandalay Bay.
Arah tembakan dikatakan datang dari lantai 32 hotel dan kasino tersebut.
Dari Gedung Putih, Washington, Senin (2/10/2017), Trump menyampaikan ungkapan kesedihannya atas insiden tersebut.
"(Serangan) tersebut adalah aksi yang merupakan murni kejahatan. Kita tidak bisa membayangkan penderitaan korban," tegas Trump dalam pernyataannya yang berdurasi lima menit itu.
"AS selama ini selalu menjadi bangsa yang bersatu dan terus demikian. Saya meminta agar kita tetap dipersatukan iman, keluarga, dan nilai-nilai penting lainnya," katanya.
Trump tidak membahas soal kemungkinan motif serangan atau upaya yang akan dilakukan pemerintah dalam merespons aksi kekerasan menggunakan senjata api tersebut.
Tidak ada pembahasan soal langkah pengawasan penggunaan senjata api atau aksi pemerintah untuk melawan aksi penembakan massal yang kerap terjadi di AS.
Trump hanya mengatakan bahwa dirinya akan mengunjungi Las Vegas, Rabu (4/10/2017) mendatang, dan memerintahkan agar pengibaran bendera setengah tiang dilakukan.
Baca: Dipecat Jadi Pengurus Golkar, Yorrys Raweyai: Saya Tidak Tahu
Sheriff Joseph Lombardo dari Departemen Kepolisian Metropolitan Las Vegas mengonfirmasi bahwa pelaku penembakan yang tewas bernama Stephen Paddock, seorang pria berusia 64 tahun.
Paddock diyakini mengakhiri nyawanya sebelum polisi memasuki kamar hotel yang ditinggalinya.
Menurut perbaruan informasi dari kepolisian, disebutkan korban cedera sudah berjumlah 572 orang, yang semua sudah mendapat perawatan di rumah sakit.
Sedangkan jumlah korban tewas telah mencapai setidaknya 59 orang, menjadikan insiden tersebut sebagai kejadian penembakan massal paling mematikan sepanjang sejarah AS. (The Guardian)