Mengapa Keputusan Trump Akui Yerusalem Sebagai Ibu Kota Israel Sangat Kontroversial?
Kebanyakan warga Palestina tinggal di Jerusalem Timur yang juga bertetangga dengan Israel dan Arab di Jerusalem.
Editor: Hasanudin Aco
Sejak 1995, Kongres AS mengeluarkan undang-undang yang mengharuskan AS memindahkan kedutaan dari Tel Aviv ke Jerusalem.
AS dianggap harus menghormati pilihan Israel atas Jerusalem sebagai ibu kotanya.
Namun, mantan Presiden AS, seperti Bill Clinton, George W Bush, dan Barack Obama, menolak memindahkan kedutaan tersebut dengan alasan kepentingan keamanan nasional.
Keputusan pemindahan Kedubes AS dari Tel Aviv ke Jerusalem terus diperbarui setiap enam bulan sekali.
Jerusalem Timur
PBB menyusun rencana pemisahan Jerusalem sebagai "kota internasional" yang terpisah pada 1947.
Namun, perang yang diikuti dengan deklarasi kemerdekaan Israel satu tahun kemudian membuat kota ini terbagi.
Ketika pertempuran berakhir pada 1949, perbatasan gencatan senjata yang sering disebut Jalur Hijau karena digambar dengan tinta hijau terlihat Israel menguasai bagian barat dan Jordania menguasai bagian timur, termasuk Kota Tua Jerusalem yang terkenal.
Pada perang enam hari di 1967, Israel menempati Jerusalem Timur. Sejak itu, seluruh kota berada di bawah kekuasaan Israel.
Namun, rakyat Palestina dan komunitas internasional terus berupaya agar Jerusalem Timur menjadi ibu kota masa depan Palestina.
Sebanyak 850.000 orang tinggal di Jerusalem yang terdiri dari 37 persen orang Arab dan 61 persen orang Yahudi.
Populasi orang Yahudi termasuk 200.000 Yahudi Ortodoks, sementara orang Arab Kristen hanya 1 persen dari populasi.
Kebanyakan warga Palestina tinggal di Jerusalem Timur yang juga bertetangga dengan Israel dan Arab di Jerusalem.
Sebelum 1980, banyak negara yang menempatkan duta besarnya di Jerusalem, termasuk Belanda dan Kosta Rika.