Profesor Jepang Kampanyekan Kain Tenun Ikat Indonesia Agar Jadi Warisan Budaya Dunia
Kain tenun ikat Indonesia juga sedang dikampanyekan di Jepang agar bisa menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia juga.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Jumat 2 Oktober 2009 pukul 20.00 WIB, United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) mengumumkan dan mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia.
Kini kain tenun ikat Indonesia juga sedang dikampanyekan di Jepang agar bisa menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia juga.
"Saya berusaha mengkampanyekan kain tenun ikat Indonesia di Jepang dengan berbagai pameran agar nantinya bisa diakui dunia sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia, sama seperti batik," ungkap Prof Masakatsu Tozu, pengajar Universitas Kokushikan kepada Tribunnews.com, Kamis (7/12/2017) di Shinjuku Tokyo.
Proses pengukuhan batik Indonesia cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009.
Baca: KPK Yakin Hakim Kusno Takkan Bermanuver Pimpin Sidang Praperadilan Setya Novanto
Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh UNESCO di Paris pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009 yang kemudian diputus dan dikukuhkan 2 Oktober 2009.
"Sebelum diputuskan, tahun 2008 saya juga telah membuat buku batik yang tebal bersama berbagai pihak di Jepang sehingga buku tersebut mungkin jadi pertimbangan pula bagi UNESCO mengukuhkan batik milik Indonesia," kata Tozu sambil menunjukkan buku setebal kira-kira 2 cm tersebut.
Buku tersebut juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris agar semakin banyak kalangan internasional mengenal batik Indonesia lebih lanjut.
Kini tenun ikat ingin dipromosikan lebih lanjut oleh Tozu agar bisa menjadi warisan budaya dunia milik Indonesia.
"Kita coba galang kekuatan dan promosikan di Jepang serta saya juga bicara dengan beberapa orang Indonesia agar tenun ikat Indonesia diregistrasi ke UNESCO juga," kata dia.
Dulu saat batik ingin diajukan ke UNESCO banyak orang Indonesia merasa tidak yakin.
"Wah gak mungkin bisa kali ya. Begitu kira-kira suara beberapa orang Indoensia kepada saya, tak punya kepercayaan diri batik Indonesia bisa jadi warisan budaya dunia milik Indonesia," ujar Tozu.
Tapi setelah dikukuhkan jadi warisan budaya dunia dari Indonesia banyak orang terbelalak matanya termasuk Malaysia agak kesal dengan Indonesia.
Baca: Harga Kain Batik Lebih Murah Dijual di Jepang Dibanding di Indonesia
"Dulu Malaysia tampaknya juga ingin menjadikan batik sebagai milik mereka. Tetapi setelah diakui UNESCO akhirnya mereka menyadari sendiri batik milik Indonesia bukan milik Malaysia. Sedangkan orang Jepang dari dulu juga tahu dan sadar kalau batik ya memang dari Indonesia bukan dari negara lain," tambahnya.
Batik memang hebat sudah terdaftar sebagai warisan budaya dunia milik Indonesia. Namun tenun ikat menurut Tozu jauh lebih hebat lagi.
"Di dunia tenun ikat itu bersumber dari tiga negara yaitu Indonesia, India dan Jepang. Namun teknologi tenun ikat itu aslinya dari Indonesia, lalu masuk ke Jepang lewat Okinawa. Jadi pantaslah kalau bangsa Indonesia mendaftarkan tenun ikatnya ke warisan budaya dunia UNESCO sebenarnya," ungkapnya.
Banyak orang Jepang juga tahu kalau teknologi pembuatan tenun ikat itu sebenarnya dari Indonesia bukan dari Jepang. Masuk melalui Okinawa lalu menyebar di berbagai tempat di Jepang.
Sementara itu Tozu juga memperlihatkan batik sutra Indonesia yang sangat cantik warna hitam dengan motif bernuansa Islami.
"Tidak ada motif binatang apa pun di batik gaya Islam ini dan ini memang sangat cantik sekali bagi bangsa Indonesia," ungkapnya memperlihatkan batik agak kuno dengan harga sekitar Rp 13 juta.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.